Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Virus Flu Musiman Mungkin Sudah Ada Sebelum Manusia Modern

Kompas.com - 23/07/2021, 08:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Dalam analisis studi terhadap sepasang gigi susu berusia 31.000 tahun, para ilmuwan menemukan virus flu musiman mungkin sudah ada sebelum masa Homo sapiens atau manusia modern.

Di dalam sepasang gigi susu tersebut, mereka menemukan sisa-sisa DNA dari beberapa virus. Untuk merekonstruksi sejarah evolusi patogen, para ilmuwan ini menggunakan materi genetik tersebut.

Analisis mereka pun menunjukkan bahwa adenovirus C manusia (HAdV-C), yakni spesies virus yang biasa menyebabkan penyakit pilek pada anak-anak, mungkin berasal lebih dari 700.000 tahun yang lalu. Masa jauh di mana Homo sapiens mulai berjalan di Bumi.

Kendati demikian, tidak semua orang yakin dengan penemuan yang telah dipublikasikan di jurnal pracetak bioRxiv pada 28 Juni lalu dan belum ditinjau sejawat.

"Para penulis menemukan tanggal yang relatif kuno sebelum munculnya spesies kita sendiri," kata Sebastien Calvignac-Spencer, ahli biologi evolusi di Robert Koch Institute di Jerman.

"Saya pikir itu masuk akal, tapi saya akan mempertimbangkan analisis mereka sebagai pendahuluan," Calvignac-Spencer, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, seperti dilansir Live Science, Jumat (23/7/2021).

Baca juga: Ilmuwan Sebut Pandemi Covid-19 Kemungkinan Membunuh Dua Jenis Virus Flu Musiman

 

Penulis studi kemudian mengekstraksi dua genom virus flu musiman, adenovirus dengan hampir lengkap dari gigi susu, memberikan sampel virus yang unik tetapi sangat kecil untuk dijadikan dasar analisis mereka, kata Calvignac-Spencer.

Dia mengatakan bahwa dengan menganalisis adenovirus yang lebih muda, berumur beberapa ribu tahun, dapat membantu tim memvalidasi perkiraan mereka tentang kapan HAdV-Cs pertama kali muncul.

Konon, sampel adenovirus purba tidak muncul setiap hari.

DNA virus flu musiman dalam gigi susu

Gigi susu yang digunakan dalam studi ini berasal dari situs arkeologi luar biasa di Siberia timur laut yang disebut Yana "Situs Tanduk Badak" (Rhinoceros Horn Site/RHS).

Situs arkeologi, yang berada 480 km di utara Lingkaran Arktik, memberikan beberapa bukti langsung paling awal tentang manusia yang tinggal di Arktik tinggi. Selanjutnya, studi ini memberikan petunjuk asal muasal nenek moyang virus flu musiman atau adenovirus purba.

Baca juga: Bertahan 4 Minggu di Uang Kertas, Virus Corona Lebih Kuat dari Flu Musiman

Ilustrasi virus flu(dreamerb/Shutterstock)KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Ilustrasi virus flu(dreamerb/Shutterstock)

Para arkeolog telah menemukan alat-alat batu, senjata gading, serta tulang-tulang mamut, bison, dan beruang yang disembelih di situs tersebut.

Satu-satunya sisa manusia yang ditemukan di Yana RHS adalah tiga gigi susu yang terfragmentasi.

Menurut laporan tahun 2019 di jurnal Nature, tiga gigi susu tersebut berasal dari dua anak berbeda yang diperkirakan gigi susu tersebut tanggal saat mereka berusia antara 10 dan 12 tahun.

Penulis pertama Sofie Nielsen, mahasiswa doktoral di Universitas Kopenhagen, mengatakan, virus dapat memasuki gigi melalui aliran darah dan tetap tersimpan di jaringan keras selama ribuan tahun.

Nielsen menjelaskan, tidak seperti tulang dalam tubuh, gigi tidak pernah beregenerasi, mereka mempertahankan sel yang sama dari waktu ke waktu, sehingga mereka memberikan catatan kumulatif dari semua patogen yang ditemui seseorang.

Baca juga: Virus Flu Babi Baru G4 Disebut Sudah Menginfeksi 4,4 Persen Populasi China

 

Dalam kasus ini, gigi susu purba memberikan catatan infeksi anak usia dini, dan lingkungan Arktik yang dingin kemungkinan membantu mengawetkan gigi dan DNA virus di dalamnya, kata Nielsen.

Untuk mengekstrak DNA virus, tim peneliti harus benar-benar memusnahkan jaringan gigi. Bahkan, gigi yang keras dan iklim yang dingin tidak dapat sepenuhnya melindungi DNA virus dari degradasi, sehingga genom menjadi terfragmentasi dari waktu ke waktu.

Untuk menyatukan kembali genom yang rusak, tim ilmuwan menganalisis setiap bit DNA dan membandingkan urutan genetik pendek dengan genom referensi dari virus modern.

Hasilnya, para ilmuwan ini mengidentifikasi dua genom virus purba sebagai HAdV-Cs, salah satu dari tujuh spesies adenovirus, virus flu musiman yang diketahui, A hingga G.

Berdasarkan analisis dari DNA virus flu musiman purba ini, tim ilmuwan menemukan bahwa genom purba memiliki banyak kesamaan dengan adenovirus modern yang beredar antara tahun 1950-an dan 2010-an.

Baca juga: Virus Flu Memburuk, Ilmuwan Kembangkan Vaksin Flu Universal

Ilustrasi flu. Flu menjadi salah satu penyebab hidung mampet.SHUTTERSTOCK/ PAULAPHOTO Ilustrasi flu. Flu menjadi salah satu penyebab hidung mampet.

Selain itu, tim juga menemukan bahwa adenovirus purba berbagi sebagian besar tulang punggung genetik mereka dengan virus modern, dan bahwa dua genom purba cocok dengan subtipe "C1" dan "C2" yang sudah mapan.

"Hal yang luar biasa adalah mereka (virus flu musiman purba) lebih mirip dengan tipe dua modern dan tipe satu daripada satu sama lain," kata Nielsen.

Dengan kata lain, meskipun kedua jenis adenovirus ini berusia 31.600 tahun, kedua genom purba virus flu musiman tersebut lebih cocok dengan virus modern dalam subtipenya daripada yang cocok satu sama lain.

Temuan ini mengisyaratkan bahwa berbagai subtipe adenovirus mulai menyimpang satu sama lain ribuan tahun yang lalu, jauh sebelum mereka masuk ke gigi susu dua anak di Siberia kuno, menurut Nielson dan rekan-rekannya.

Asal virus flu musiman

Dengan kembali membandingkan genom modern dengan genom kuno, tim menghasilkan perkiraan kasar kapan HAdV-Cs berpisah dari semua adenovirus lainnya.

Baca juga: Virus Flu Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, Vaksin Bisa Jadi Solusi

 

"Tanggal-tanggal ini sangat tidak pasti, karena kami memiliki sangat sedikit sampel. Namun, sepertinya mereka terbelah setidaknya 700.000 tahun yang lalu," kata Nielsen.

Perkiraan ini menempatkan asal mula HAdV-Cs, virus flu musiman kuno, sebelum munculnya manusia modern, yang terjadi sekitar 300.000 tahun yang lalu.

Dalam laporan mereka, penulis penelitian menyarankan bahwa pola migrasi dan interaksi lintas spesies dari nenek moyang hominin kita mungkin telah membantu membentuk evolusi virus dari adenovirus ini, tetapi jika itu terjadi dan bagaimana masih sangat tidak pasti.

"Kami telah menunjukkan kepada diri kami sendiri bahwa HAdVs lain - HAdV-Bs dan Es - mungkin ditransmisikan ke garis keturunan manusia oleh gorila dan simpanse," kata Calvignac-Spencer.

Penemuan sampel adenovirus yang lebih kuno akan membantu para peneliti menentukan kapan HAdV-Cs pertama kali mulai menginfeksi nenek moyang manusia kita, dan spesies mana yang dilalui patogen dalam perjalanan mereka ke garis keturunan manusia.

Baca juga: Virus Flu Babi Baru G4 Disebut Sudah Menginfeksi 4,4 Persen Populasi China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com