Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

10 Sebab Pengobatan Tidak Berhasil atau Tak Kunjung Bikin Sembuh

Kompas.com - 19/07/2021, 14:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahkan antibiotik dengan spektrum luas—dapat mematikan sederet panjang jenis bakteri—tetap punya batasan keampuhan.

"Ini berarti selalu ada kemungkinan bahwa obat yang diberikan tidak jitu membunuh kuman-kumat penyebab (penyakit)," tulis dia.

Konsep itu juga yang jadi penjelasan dari langkah dunia medis dari waktu ke waktu melakukan percobaan kerentanan. Tujuan langkah tersebut adalah menekan kegagalan pengobatan

Pada uji kerentanan, yang dijajal adalah ketahanan vektor pembawa atau bahkan kuman yang sudah dikenali terhadap bahan atau kandungan zat tertentu dalam obat. 

4. Resisten obat

Bukan lagi hal jarang ditemui, kuman penyakit tidak mati saat diserbu oleh obat-obatan yang seharusnya atau berdasarkan pengujian mampu mematikannya. Resistensi obat adalah sebutan atas fenomena ini. 

Salah satu yang mulai jadi sorotan serius adalah resistensi antibiotik. Euforia kemampuan antibiotik mengatasi sejumlah penyakit yang tak terobati sebelum penemuan penisilin ternyata juga berdampak panjang dan luas. 

"Orang-orang menjadi antibiotica-minded, sakit ini (langsung diberi) antibiotik, sakit itu (langsung) antibiotik, dan sering tidak sesuai aturan yang tepat," ungkap Goen.

Dengan pola itu, kuman-kuman ibarat mendapat pelatihan gratis untuk menyesuaikan diri, sanggup bertahan menghadapi antibiotik tertentu.

5. Perubahan flora bakteri

Poin ini masih terkait lagi dengan antibiotik. 

Ketika seseorang mengonsumsi antibiotik berspektrum luas, kuman yang mati tidak hanya pembawa penyakit tetapi juga kuman-kuman yang secara alamiah ada di jaringan pencernaan. 

Di jaringan pencernaan memang ada bakteri dan itu aslinya punya tugas mulia. Bakteri Coli, misalnya. Pada kondisi biasa, bakteri ini berfungsi menekan bahkan mematikan kuman penyakit tertentu. 

Nah, ketika seseorang mengonsumsi antibiotik dengan spektrum luas, bakteri baik ini bisa ikut mati. Dalam situasi begitu, orang dimaksud bisa tampak mengalami gejala disentri tak berkesudahan.

Ini satu contoh saja ya. 

6. Dosis obat tidak tepat

Berlebih atau kurang, dosis obat juga berdampak pada kemampuannya menyembuhkan penyakit, dalam kondisi tidak ada tambahan faktor lain. 

Dosis obat ditentukan oleh berat atau ringannya penyakit, serta kerentanan kuman terhadap kandungan zat obat itu. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com