KOMPAS.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini tengah mengembangkan sebuah ventilator yang disebut Sivenesia (Smart Innovative Ventilative Ventilator Indonesia) untuk membantu tangani pasien Covid-19 kritis.
Peneliti Pusat Penelitian Eletkronika dan Telekomunikasi (P2ET) LIPI, Eko Joni Pristianto menjelaskan bahwa Sivenesia adalah ventilator yang diciptakan dengan tujuan menjaga supaya saluran pernapasan pasien tetap terbuka.
Disampaikan Eko, Sivenesia telah melalui serangkaian tahapan pengujian. Salah satunya adalah pengujian skala laboratorium sebagai tahap awal pengujian.
Di mana pengujian tersebut menitik beratkan kepada masalah teknis dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan.
Baca juga: Cara Mengetahui Sembuh dari Covid-19, 2 Syarat Ini Harus Terpenuhi
Uji fungsi telah dilakukan oleh P2ET LIPI di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan RI dan telah lulus uji serta mendapat sertifikasi dengan nomor YK.01.03./XlVIII.2/PK/2021 (025 untuk CPAP dan 026 untuk BiPAP).
Dijelaskan Eko, uji fungsi ini meliputi serangkaian pengujian seperti kinerja sistem (performance), ketahanan sistem (endurance) dan keamanan kelistrikan selama 21 hari tanpa berhenti.
"Tahap selanjutnya, kami akan melakukan uji klini Sivenesia sebagai tahapan selanjutnya untuk mendapatkan izin edar sebagai wujud diseminasi hasil penelitian kami," tegasnya.
Sinevesia merupakan ventilator yang diciptakan dengan dua mode operasi yaitu CPAP dan BiPAP.
Sementara, perbedaan mendasar dari mode CPAP dan BiPAP ini adalah masalah kenyamanan pada saat pasien bernapas. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:
1. Mode CPAP
Mode CPAP atau Continuous Positive Airway Pressure adalah ventilator yang menghasilkan satu level tekanan udara positif yang konstan dan terus menerus diberikan kepada pasien.
Tujuan dari ventilator mode CPAP adalah agar saluran pernapasan pasien tetap terbuka.
Pada mode CPAP, ventilator akan bekerja dengan memberikan aliran udara bertekanan positif secara terus menerus (konstan) melalui selang ke hidung dan atau melalui mulut.
Hal ini bisa menyebabkan kelelahan (tidak nyaman) pada pasien terutama pada saat proses menghembuskan napas (expirasi), pasien harus menggunakan lebih banyak tenaga atau kekuatan untuk melawan tekanan tersebut.
Masalah ini akan sangat terasa menggangu terutama bagi pasien-pasien tertentu yang memiliki penyakit neuromuscular yakni kelompok gangguan ekstensif yang ditandai dengan adanya perubahan motorik yang dihasilkan oleh cedera atau gangguan syaraf.