KOMPAS.com - Ketika seseorang meminum dua jenis obat atau lebih secara bersamaan, obat itu bisa menimbulkan interaksi atau efek yang tidak diinginkan. Inilah yang disebut dengan interaksi obat. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai interaksi obat.
Menurut Food and Drugs Administration (FDA), interaksi obat bisa muncul akibat tiga interaksi. Interaksi pertama adalah interaksi obat dengan obat yang lainnya, yang akan dijelaskan lebih lanjut setelah ini.
Interaksi kedua adalah interaksi obat dengan makanan atau minuman yang dikonsumsi. Misalnya, obat yang diminum dengan susu akan menurunkan efektivitas obat tersebut.
Interaksi ketiga adalah interaksi obat dengan kondisi medis seseorang. Misalnya pemberian beberapa jenis obat flu akan memberikan efek samping yang kurang baik pada pasien dengan tekanan darah tinggi.
Secara umum, interaksi obat terbagi menjadi dua, yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik.
Baca juga: Mengenal Kevzara, Obat Rekomendasi WHO untuk Covid-19
Dilansir dari Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawan Obat dan Makanan (Pionas BPOM), interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obatan yang mempunyai efek farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang berlawanan.
Interaksi ini terjadi karena obat bekerja pada reseptor atau tempat yang sama. Interaksi ini dapat diprediksi dengan memahami klasifikasi mekanisme kerja obat.
Contoh interaksi obat farmakodinamik adalah penggunaan obar beta blocker untuk tekanan darah tinggi dengan verapamil yang justru memicu gagal jantung atau bradikardi berat.
Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang mempengaruhi absopsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat lain. Maksudnya, obat ini akan mengurangi fungsi dari obat lainnya di dalam tubuh sehingga terapi menjadi tidak efektif.
Selain mengurangi efektivitas obat lain, interaksi ini juga bisa menyebabkan fungsi obat meningkat hingga menyebabkan toksisitas. Efek ini muncul dengan adanya perubahan pada ikatan protein obat ke reseptor tubuh, mempengaruhi metabolisme obat, atau dengan mempengaruhi ekskresi ginjal.
Berbeda dengan interaksi farmakodinamik, interaksi farmakokinetik lebih sulit diprediksi. Hal ini disebabkan karena interaksi obat ini tidak hanya dipengaruhi mekanisme kerja obat atau golongan obat saja.
Oleh karena itu, interaksi farmakokinetik bisa saja hanya terjadi kepada sebagai pasien dan tidak menimbulkan reaksi apapun pada pasien lain dengan kombinasi obat yang sama.
Contoh interaksi farmakokinetik adalah penggunaan obat antiepilepsi yang bisa mempengaruhi orang yang mengonsumsi kontrasepsi oral dan warfarin (obat pengencer darah).
Baca juga: Ini Kata Ahli tentang Minum Obat untuk Cegah Efek Samping Vaksin
Untuk mencegah interaksi obat ini, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter atau apoteker mengenai kondisi tubuh Anda atau obat-obatan yang sedang Anda konsumsi. Anda juga bisa bertanya mengenai beberapa hal berikut.
Secara umum, interaksi obat tidak berbahaya bagi pasien. Namun, pada beberapa pasien, interaksi obat berpotensi membahayakan. Diantara kelompok pasien yang berisiko mengalami interaksi obat adalah orang tua dan penderita gagal ginjal atau hati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.