KOMPAS.com - WHO merekomendasikan dua obat radang sendi atau kortikosteroid untuk Covid-19. Obat tersebut dinilai efektif mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19 kritis.
Ini adalah salah satu berita populer Sains Kompas.com edisi Rabu, 7 Juli 2021.
Berita populer lainnya, soal obat cacing ivermectin yang bekerja di saluran pencernaan apakah bisa untuk mengobati Covid-19.
Cara menggunakan masker yang benar hingga hal-hal yang harus diperhatikan pasien Covid-19 yang sedang isoman, terutama kapan waktunya pergi ke rumah sakit.
Berikut ulasannya:
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan obat radang sendi (kortikosteori) Actemra buatan Roche dan Kevzara buatan Sanofi untuk pasien Covid-19. Rekomendasi WHO ini diumumkan WHO pada Selasa (6/7/2021).
Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan atau inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.
Seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu (7/7/2021), WHO merekomendasikan kedua obat itu setelah melihat data 10.930 pasien Covid-19.
Data menunjukkan, pasien yang diberi obat kortikosteroid mampu mengurangi risiko kematian dan kebutuhan akan mesin ventilator.
Baca selengkapnya di sini:
WHO Rekomendasikan Obat Actemra dan Kevzara untuk Covid-19
Ivermectin biasa digunakan untuk mengobati onchocerciasis, strongyloidiasis dan penyakit lain yang disebabkan oleh cacingan, atau sebagai obat cacing, yang umumnya ditularkan melalui tanah.
Disebut bahwa obat ivermectin dapat menjadi obat Covid-19, terutama untuk mencegah kematian dan keparahan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus corona.
Namun, sekelompok tim ahli yang tergabung dalam panel ahli WHO mengungkapkan bahwa bukti obat ini dapat mengurangi kematian akibat Covid-19, maupun kebutuhan akan ventilator atau mengurangi keparahan penyakit ini, masih memiliki kepastian yang rendah.
Artinya, bahwa data hasil uji coba itu menunjukkan efektivitas obat cacing ivermectin untuk pengobatan Covid-19 sangat rendah.
Menurut Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, penggunaan obat Ivermectin sebagai obat Covid-19 telah menimbulkan dua sikap berbeda di berbagai kalangan.
"Ada yang memang mendukung, ada juga yang bersikap hati-hati. Mereka yang mendukung akan menunjukkan seolah-olah bukti itu efektif, tapi yang berhati-hati, melihat bahwa bukti yang ada tentang obat ini masih belum konsisten," ungkap Prof Zullies saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/7/2021).
Prof Zullies mengungkapkan, selama ini badan otoritas pengawas obat, seperti BPOM, FDA maupun badan otoritas obat di negara lain, sebagian masih menahan penggunaan ivermectin sebagai obat Covid-19.
"Karena belum ada bukti-bukti yang cukup untuk menyetujui ivermectin sebagai obat Covid-19," kata Prof Zullies.
Selengkapnya baca di sini:
Obat Cacing Ivermectin Bekerja di Saluran Pencernaan, Apakah Efektif untuk Obat Covid-19?
Cara memakai masker yang benar untuk terhindar dari varian baru Covid-19 ini adalah sebagai berikut:
“Dianjurkan untuk menggunakan masker bedah di dalam dan masker kain di luar, karena pemakaian seperti ini akan meningkatkan efektivitas filtrasi masker dan dapat memblokir 80 persen partikel,” jelas Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bhakti Wara, dr Nafiandi SpPK
Baca selengkapnya di sini:
Cegah Risiko Penularan Varian Baru Covid-19, Begini Cara Memakai Masker yang Benar
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Hendra Gunawan SpPD mengungkap, pada orang dewasa dengan Covid-19 ada beberapa tanda kegawatan yang harus diwaspadai saat isolasi mandiri, yaitu ketika muncul tanda gejala pneumonia, seperti demam, batuk, pilek, dan sesak napas.
“Harus segera ke rumah sakit, jika gejala pneumonia itu disertai dengan minimal satu dari tanda distress pernapasan berat, yaitu saturasi oksigen di bawah 92 persen tanpa bantuan oksigen, kemudian frekuensi napas lebih dari 30 kali per menit,” jelas dr. Hendra kepada Kompas.com, Rabu (7/7/2021).
“Selain itu jika ada sesak napas berat, granting (adanya suara saat melepas atau menarik napas), ada tarikan dinding dada, adanya otot-otot yang membantu pernapasan, maupun pernapasan cuping hidung juga harus segera ke rumah sakit,” lanjutnya.
Lebih lanjut dr. Hendra mengatakan, ada berbagai faktor penyebab turunnya saturasi oksigen, mulai dari imunitas yang kurang baik hingga kecemasan.
Selengkapnya baca di sini:
Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri di Rumah, Segera ke RS Jika Muncul Gejala Ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.