Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona Pernah Mewabah di Asia Timur 25.000 Tahun Lalu, Studi Baru Jelaskan

Kompas.com - 25/06/2021, 17:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Editor

Sumber ABC


KOMPAS.com- Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa virus corona pernah mewabah 25.000 tahun lalu. Wabah penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut terlacak terjadi di Asia Timur.

SARS atau sindrom pernapasan akut yang disebabkan infeksi virus corona di China pada tahun 2002, telah menjadi wabah yang menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan menyebabkan 800 orang meninggal.

Virus corona pun kembali mewabah empat tahun setelah SARS dapat dikendalikan. Penyakit sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) telah menyebabkan 2.400 orang terinfeksi dan 850 orang meninggal dunia karenanya.

Sekarang virus corona, SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, menjadi wabah yang dihadapi oleh seluruh dunia. Bahkan kini dunia juga harus menghadapi berbagai varian virus corona dari mutasi SARS-CoV-2.

Dalam studi baru, sekelompok ilmuwan Australia dan Amerika Serikat telah menemukan epidemi virus corona yang pernah merebak di Asia Timur pada 25.000 tahun yang lalu.

Baca juga: Ilmuwan Berhasil Pulihkan Data Virus Corona Awal yang Dihapus China

 

Bahkan, epidemi wabah penyakit yang disebabkan oleh virus corona di Asia Timur ini berlangsung selama 20.000 tahun, dikutip dari ABC Indonesia, Jumat (25/6/2021).

"Ini menimbulkan malapetaka di kalangan penduduk di sana dan meninggalkan tanda genetis," kata Kirill Alexandrov, pakar biologi sintetis di Queensland University of Technology (QUT), Australia.

Sejarah dalam gen manusia

Lantas, bagaimana para ilmuwan bisa melacak wabah virus corona puluhan ribu tahun lalu di Asia Timur?

Para ahli mengatakan bahwa sama seperti pepohonan, gen yang kita miliki juga bisa menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu. Artinya, sejarah pun bisa tercatat di dalam gen yang kita bawa.

Mutasi random dalam gen, akan membuat sebagian orang lebih mudah terkena infeksi penyakit atau mengalami tingkat penyakit yang lebih parah dibandingkan yang lain.

Baca juga: WHO: Varian Lambda Memiliki Beberapa Mutasi Virus Corona

 

Contohnya, dalam penelitian baru-baru ini, para ilmuwan menemukan beberapa orang memiliki gen dari Neanderthals sekitar 50.000 tahun lalu, berisiko mengalami gejala Covid-19 yang lebih parah.

Kendati demikian, mutasi lain bisa berdampak sebaliknya, bahkan bisa memberikan perlindungan saat wabah penyakit terjadi.

"Jadi yang terjadi selama beberapa generasi adalah varian gen yang menguntungkan akan semakin berkembang," kata peneliti lain, Yassine Souilmi dari University of Adelaide.

"Dan ini akan meninggalkan jejak yang sangat jelas dalam beberapa generasi berikutnya," imbuhnya.

Namun terkait temuan wabah virus corona di Asia Timur ini, menurutnya, diperlukan waktu sekitar 500 sampai 1000 tahun hingga tanda tersebut muncul dalam genome warga. Dr Souilmi dan peneliti lainnya menduga, manusia mungkin pernah berhubungan dengan virus corona sebelumnya, yang terlihat dari genome mereka sekarang.

Baca juga: Bukan Kelelawar, Virus Corona Baru yang Terdeteksi di Malaysia dari Anjing

Ilustrasi virus corona penyebab Covid-19SHUTTERSTOCK/creativeneko Ilustrasi virus corona penyebab Covid-19

Selanjutnya mereka pun mulai mempelajari genome dari ribuan orang di seluruh dunia yang tersimpan dalam bank data Proyek 1000 Genomes.

Para ilmuwan ini menemukan adanya tanda genetik yang memiliki hubungan virus corona dalam genetik orang yang berasal dari Vietnam, China dan Jepang. Akan tetapi, tidak ditemukan jejak genetik virus corona pada kalangan orang lainnya.

"Setelah menemukan adanya tanda-tanda tersebut, kami menggunakan berbagai alat untuk bisa melacak kapan perubahan genetik tersebut terjadi. Penyesuaian itu mulai terjadi sekitar 25.000 tahun lalu," kata Dr Souilmi.

Virus corona mewabah selama 20.000 tahun

Tim peneliti ini juga menemukan lamanya virus-virus corona ini mewabah atau beredar di kawasan tersebut.

Virus ini berhenti melakukan tekanan evolusi terhadap genome pada sekitar 5.000 tahun lalu. Artinya, epidemi virus corona tersebut berlangsung selama 20.000 tahun.

Baca juga: Studi: Varian Alpha dan Beta Tidak Sebabkan Viral Load Virus Corona Tinggi

 

"Kami tidak bisa menjelaskan apakah ini terjadi secara berkala, misalnya setiap musim dingin seperti flu, atau adanya virus yang secara berkala melompat dari binatang ke manusia setiap lima atau 10 tahun, seperti yang terjadi dalam 20 tahun terakhir dengan SARS, MERS, dan SARS-CoV-2," ungkap Dr Souilmi.

Kendati begitu, menurutnya, kemungkinan adanya satu atau beberapa virus yang berasal dari molekul yang sama. Temuan ini juga didukung oleh penelitian lain yang menunjukkan keluarga virus yang menyebabkan Covid-19. 

Studi telah mengungkapkan fakta bahwa manusia pernah mengalami wabah virus corona selama sekitar 20.000 tahun dalam satu masa dalam sejarah kehidupan kita.

Dengan menemukan adanya wabah virus corona di masa lalu, dapat menjadi sinyal apa yang harus dilakukan apabila muncul pandemi di masa depan.

"Informasi ini sangat berguna mengenai bagaimana virus menyebar dan seberapa lama bertahan," kata Dr Souilmi.

Baca juga: 10 Nama Baru Varian Virus Corona, dari Alpha, Delta hingga Gamma

Ilustrasi virus corona, Covid-19, cegah penyebaran virus corona.Freepik Ilustrasi virus corona, Covid-19, cegah penyebaran virus corona.

Manfaat temuan wabah virus corona purba

Pelacakan terhadap adaptasi gen juga dinilai dapat membantu menemukan gen mana yang berperan penting dalam membantu tubuh melawan penularan.

"Ini bisa membantu usaha mengembangkan obat dan vaksin. Namun dalam waktu bersamaan juga menjelaskan masih akan lebih banyak lagi epidemi yang akan terjadi," kata Dr Souilmi.

Menurut Profesor Alexandrov, kalau saja informasi ini sudah ada sebelum pandemi Covid-19, maka akan sangat membantu dalam menanganinya.

"Kita mungkin akan dalam keadaan lebih baik, sudah ada obat yang tersedia, dan mungkin sudah ada tes awal mengenai vaksin. Kita tidak harus memulai dari nol," katanya.

Vicki Jackson pakar statistik genetika dari Institut Penelitian Medis Walter and Eliza Hall di Melbourne sepakat, jika menemukan hubungan antara gen dan virus dapat membantu kita menanggulangi penyakit baru.

Baca juga: Varian Delta Lebih Menular dan Berbahaya dari Virus Corona Dominan

 

Akan tetapi dia menekankan faktor lain, seperti akses terhadap layanan kesehatan dan mengikuti petunjuk kesehatan akan lebih bermanfaaat dibandingkan faktor genetik ketika kita sakit.

"Hal seperti apa yang dilakukan seseorang, riwayat kesehatan, masalah sosial ekonomi akan lebih berpengaruh dalam risiko seseorang jatuh sakit," kata Dr Jackson.

Meski wabah virus corona di zaman purba berlangsung selama 20.000 tahun, hal tersebut, kata Dr Souilmi tidaklah mengerikan seperti kedengarannya.

"Kita tidak memiliki pengetahuan soal medis ketika itu, tidak ada kebijakan kesehatan publik, vaksin dan respons terkoordinasi untuk menangani epidemi," katanya.

"Bukti kita bisa mengendalikan virus terjadi saat flu Spanyol serta epidemi Ebola," imbuh Dr Souilmi.

Baca juga: 3 Varian Virus Corona yang Masuk ke Indonesia, Kenali Gejala hingga Bahayanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber ABC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com