Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Depresi, Apa Gejala dan Perbedaannya Dengan Kesedihan?

Kompas.com - 21/06/2021, 10:07 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.comDepresi adalah salah satu gangguan mental yang sering terjadi. Lembaga kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), mencatat terdapat lebih dari 264 juta orang di seluruh negeri menderita depresi dari berbagai usia.

Depresi berbeda dari sekedar perubahan suasana hati atau respon emosional yang biasa kita alami sehari-hari. Pada kondisi yang parah, depresi bisa mempengaruhi kesehatan tubuh.

Pada kondisi yang paling buruk, depresi bisa memicu penderitanya untuk bunuh diri. Bunuh diri merupakan penyebab kematian terbanyak kedua untuk kelompok usia 15 sampai 29 tahun.

Penanganan depresi secara medis telah diketahui dan memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi. Namun, karena kurangnya pengetahuan, sebanyak 76 hingga 85 persen penduduk negara berpendapatan rendah dan menengah tidak menerima perawatan untuk depresi yang dialami.

Baca juga: Mengenal Psychotic Break, Gangguan Mental yang Dialami Lady Gaga Pasca-diperkosa

Selain kurangnya pengetahuan, stigma buruk oleh masyarakat juga memegang peranan atas kurangnya perawatan penyakit mental yang satu ini. Maka dari itu, penting memahami lebih dalam tentang depresi agar kita lebih sadar jika ada orang di sekitar kita yang menunjukkan tanda-tanda depresi.

Gejala

Gejala depresi bisa bervariasi dari ringan hingga berat. Diantaranya adalah sering merasa sedih, kehilangan kesenangan ketika melakukan sesuatu, perubahan nafsu makan (bisa bertambah atau berkurang), serta gangguan tidur (bisa kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak).

Selain gejala tersebut, terdapat gejala-gejala yang lebih mudah diamati oleh orang lain. Gejala tersebut diantaranya sering bergerak tanpa tujuan, berbicara atau bergerak sangat lambat, selalu merasa bersalah dan tidak berharga, dan sulit membuat keputusan.

Gejala yang paling parah adalah terpikir untuk bunuh diri. Semua gejala di atas bisa dikatakan depresi jika terjadi terus menerus setidaknya dua minggu.

Dilansir dari American Psychiatric Association, depresi diperkirakan mengenai 1 dari 15 orang dewasa. Depresi bisa terjadi kapan saja, namun depresi umumnya pertama kali muncul pada usia remaja akhir hingga pertengahan umun 20-an.

Selain itu, depresi lebih banyak mengenai wanita dibandingkan pria. Faktor keturunan juga memegang peranan dalam depresi, karena sebesar 40 persen depresi dapat diturunkan.

Perbedaan depresi dengan kesedihan atau kehilangan 

Kematian orang yang disayangi, kehilangan pekerjaan, atau berakhirnya suatu hubungan merupakan pengalaman yang sulit untuk dilalui. Suatu kondisi yang normal jika seseorang mengalami kesedihan atas peristiwa yang menimpanya.

Beberapa orang akan melabeli dirinya sedang mengalami depresi atas kesedihan yang sangat yang dia alami. Padahal depresi tidak sama dengan kesedihan yang mendalam, walaupun keduanya menunjukkan perasaan kesedihan yang mendalam.

Pada kesedihan, rasa sakitnya datang beriringan dengan kenangan baik yang dialami sebelumnya. Sedangkan pada depresi, tidak ada kenangan baik yang muncul bersamaan dengan rasa sakit yang dirasakan. Kondisi ini berlangsung hingga dua minggu atau lebih.

Baca juga: 6 Tipe Eating Disorder dan Gejalanya yang bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Perbedaan lainnya, pada kesedihan, harga diri seseorang tetap terjaga. Sedangkan pada penderita depresi, mereka seringkali merasa tidak berharga dan terus menyalahkan dirinya sendiri.

Selain itu, pada kesedihan, biasanya seseorang yang merasa kehilangan berpikir untuk ikut ‘mati’ bersama orang yang meninggalkannya. Namun, pada penderita depresi, mereka fokus untuk mengakhiri hidup sendiri karena merasa tidak ada artinya dan tidak layak untuk hidup atau karena merasa tidak mampu menahan sakitnya depresi.

Walau keduanya berbeda, namun kesedihan yang mendalam juga bisa menjadi pemicu depresi. Jika depresi terjadi akibat kesedihan, biasanya depresi akan berlangsung lebih lama dan parah.

Faktor resiko

Beberapa faktor resiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi antara lain genetik, kepribadian, dan faktor lingkungan. Faktor genetik telah dijelaskan sebelumnya.

Seseorang yang memiliki kepribadian rendah diri dan pesimis lebih cenderung mudah terkena stress dan depresi. Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi seseorang. Lingkungan yang terus menerus ‘menyerang’ secara fisik dan psikis, perasaan diabaikan, dan kemiskinan adalah beberapa faktor yang bisa memicu depresi.

Perawatan

Depresi merupakan penyakit mental yang paling bisa disembuhkan. Sebanyak 80 hingga 90 persen orang dengan depresi yang datang berobat dinyatakan sembuh dan merasakan gejala yang dialami berkurang.

Depresi bisa dirawat dengan bertemu dengan psikolog. Namun, jika sudah parah dan membutuhkan obat-obatan, maka pasien perlu dirawat oleh psikiater atau dokter spesialis kejiwaan.

Psikiater biasanya akan merekomendasikan pasien untuk meminum obat antidepresan. Obat ini biasanya akan mulai terlihat efeknya setelah beberapa minggu. Namun, untuk benar-benar sembuh biasanya obat perlu dikonsumsi hingga beberapa bulan.

Baca juga: Studi: Penggemar Film Zombie Lebih Kuat Mental Hadapi Pandemi Covid-19

Jika obat-obatan tidak memberi efek yang baik pada pasien depresi, salah satu pilihan terapi lainnya adalah electroconvulsive therapy (ECT). Ini adalah perawatan dengan memberikan stimulan elektrik pada otak pasien di bawah anastesi.

Sekarang Anda sudah mengerti apa itu depresi dan bagaimana gejalanya. Jika ada orang di sekitar Anda yang menunjukkan gejalanya, segera ditolong, ya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com