Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Potensi Tsunami dari Gempa Maluku M 6,1 | Inti Bumi Miring, Dampaknya untuk Indonesia

Kompas.com - 17/06/2021, 07:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

2. Inti bumi miring

Ada misteri aneh di dalam inti Bumi. Ilmuwan menemukan inti Bumi tumbuh miring menyebabkan berkurangnya panas planet di bawah Indonesia.

Seperti dilansir dari Space, Rabu (16/6/2021), para ilmuwan hanya bisa melihat fenomena ini saat mereka mempelajari gelombang seismik, yakni getaran bawah tanah yang dihasilkan oleh gempa bumi.

Gelombang tersebut melewati inti besi padat dari planet ini. Untuk beberapa alasan, gelombang seismik tersebut bergerak melalui inti Bumi secara signifikan lebih cepat saat gelombang itu bergerak di antara kutub utara dan selatan, dibandingkan ketika mereka bergerak melintasi khatulistiwa.

Para peneliti telah mengetahui perbedaan pergerakan gelombang seismik tersebut selama beberapa dekade, yang dikenal sebagai anisotropi seismik. Akan tetapi, para ilmuwan ini tidak dapat memberikan penjelasan yang konsisten dengan data yang tersedia.

Selengkapnya baca di sini:

Misteri Miringnya Inti Bumi dan Berkurangnya Panas Planet di Bawah Indonesia

3. Vaksin AstraZeneca efektif 92 persen untuk varian Delta

Vaksinator menyuntikkan vaksin AstraZeneca pada warga saat peresmian Sentra Vaksinasi COVID-19 tiket.com di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta Pusat, Senin (14/6/2021). Sentra vaksinasi tersebut akan beroperasi selama tiga bulan hingga tanggal 26 September 2021 dengan melayani pemberian vaksin kepada warga yang telah berusia 18 tahun ke atas, golongan usia pra lansia, serta para pekerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif guna mendukung program pemerintah untuk memulihkan kembali industri pariwisata domestik.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Vaksinator menyuntikkan vaksin AstraZeneca pada warga saat peresmian Sentra Vaksinasi COVID-19 tiket.com di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta Pusat, Senin (14/6/2021). Sentra vaksinasi tersebut akan beroperasi selama tiga bulan hingga tanggal 26 September 2021 dengan melayani pemberian vaksin kepada warga yang telah berusia 18 tahun ke atas, golongan usia pra lansia, serta para pekerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif guna mendukung program pemerintah untuk memulihkan kembali industri pariwisata domestik.

Varian Delta atau yang sebelumnya disebut varian B.1.617.2 (pertama kali diidentifikasi di India) merupakan salah satu variant of concern WHO karena sangat menular.

Kabar baiknya, vaksin AstraZeneca menawarkan perlindungan tingkat tinggi dari varian tersebut, efikasinya hingga 92 persen. Ini merupakan data terbaru dari Public Health England (PHE) yang diterbitkan sebagai pra-cetak atau pre-print.

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca dapat mencegah risiko rawat inap karena varian Delta sampai 92 persen. Selain itu, tidak ada kematian di antara mereka yang divaksinasi.

Selain memberi perlindungan terhadap varian Delta, vaksin AstraZeneca juga menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap varian Alpha (sebelumnya disebut varian B.1.1.7 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris).

Selengkapnya baca di sini:

Kabar Baik, Vaksin AstraZeneca Efektif 92 Persen Lawan Varian Delta

4. Ditemukan buaya raksasa era prasejarah

Gunggamarandu maunala, spesies baru buaya raksasa yang ditemukan di Australia. Dengan panjang 7 meter, reptil ini pernah menjelajahi Bumi di zaman prasejarah.Eleanor Pease via Sci-News Gunggamarandu maunala, spesies baru buaya raksasa yang ditemukan di Australia. Dengan panjang 7 meter, reptil ini pernah menjelajahi Bumi di zaman prasejarah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com