KOMPAS.com - Serangan jantung merupakan kondisi darurat medis yang bisa menyebabkan kematian.
Kondisi ini sangat umum di Indonesia, dengan lebih dari 2 juta kasus per tahun. Bukan hanya menyerang populasi lanjut usia, tapi juga orang muda dan atlet.
Banyak diberitakan sebelumnya, atlet meninggal karena serangan jantung saat bertanding.
Lantas, bagaimana serangan jantung bisa menyerang atlet, padahal mereka selalu berolahraga?
Baca juga: Kronologi Markis Kido Meninggal Dunia, Sempat Terjatuh di Lapangan
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr Michael Triangto, Sp.KO menjelaskan, yang dimaksud olahraga adalah aktivitas fisik yang dilakukan dengan intensitas tinggi sampai badan merasa capai, pegal, berkeringat, lapar, dan tubuhnya sakit.
Ketika berolahraga, kita akan menggerakkan otot-otot tubuh.
"Otot-otot tadi membutuhkan supply darah untuk membawa oksigen, sehingga olahraga dapat dilakukan dalam waktu panjang seperti yang diinginkan," terang dokter Michael kepada Kompas.com, Selasa (15/6/2021).
"Untuk menjamin supply darah ke otot-otot yang bergerak tadi, tentunya dibutuhkan kerja jantung," imbuh dia.
Itu sebabnya, semakin berat olahraganya maka semakin berat pula kerja jantungnya.
Nah, jika seseorang berolahraga melampaui batas kemampuan, misalnya atlet yang ingin menang atau memperoleh medali, itu akan membuat jantung bekerja melampaui batasan kemampuan.
"Sehingga menghasilkan denyut jantung yang terlalu cepat (aritmia), pada akhirnya tidak memberikan supply darah dan oksigen yang cukup," ungkap dokter Michael.
"Bisa juga, karena aliran darahnya itu akan menimbulkan tekanan darah tinggi," imbuh dia.
Tekanan darah tinggi inilah yang berpotensi memicu stroke.
Ketika kerja jantung yang seharusnya mengalirkan darah ke tubuh terganggu atau terjadi sumbatan di pembuluh darah jantung, akan berisiko mengakibatkan serangan jantung.
"Yang lain adalah dia mengalirkan darah ke otot-otot yang bekerja. Di samping itu, jantungnya juga bekerja memompa darah," ungkapnya.