Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Tegaskan Banyak Ikan Minggir dan Laut Berbau Bukan Tanda Tsunami

Kompas.com - 12/06/2021, 13:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Pengalaman dihantam bencana tsunami yang menewaskan ratusan orang pada 1994 membuat masyarakat Desa Sarongan, Banyuwangi, Jawa Timur memiliki kearifan lokal untuk mitigasi bencana tsunami.

Kearifan lokal di desa ini terkait tanda-tanda terjadinya tsunami, selain adanya gempa besar yang mendahului.

Ketua Desa Tangguh Bencana (Destana), Sarongan Agus Salim Afandi, berkata bahwa ada dua peristiwa janggal yang menjadi tanda jika akan terjadi tsunami. 

Pertama, ikan-ikan terlihat menepi ke area pantai. Fenomena ikan minggir atau ikan-ikan tiba-tiba menepi di pinggir pantai ini diyakini terjadi akibat adanya peristiwa tidak biasa di dalam laut.

Baca juga: Penyebab Terjadinya Tsunami, Bukan Hanya Gempa Bumi

"Kalau (tanda) tsunami itu, ikan minggir. Mereka tahu, kok, terjadi ikan minggir ini akan terjadi sesuatu, warga pasti curiga," katanya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/6/2021).

Kemudian, air laut biasanya menjadi berbau lebih tajam dan menyengat daripada hari-hari biasanya.

"Ini asinnya (air laut) menyengat sekali kalau terjadi tsunami. Ini orang dulu (yang mengalami tsunami) yang bilang begitu," kata dia.

Lantas, benarkah banyak ikan yang menepi di pesisir dan laut yang berbau tajam adalah tanda akan terjadi tsunami?

Bukan pertanda tsunami

Pakar geologi dari Universitas Gadjah Mada, Gayatri Indah Marliyani menanggapi fenomena-fenomena yang diyakini sebagai pertanda tsunami tersebut.

Baca juga: BMKG: Skema Mitigasi 20-20-20 Masih Relevan untuk Mitigasi Tsunami Selatan Jawa

Ilustrasi tsunamiShutterstock Ilustrasi tsunami

"Isu aja itu," kata Gayatri kepada Kompas.com, Jumat (11/6/2021).

Dia menjelaskan, kalau sebelumnya ada gempa kemudian air laut surut sehingga ikan-ikan terdampar, maka hal itu bisa saja menjadi pertanda.

Pasalnya, gempa besar di daerah subduksi memang bisa menyebabkan air laut surut dan bau garam menguar, sehingga serangkaian fenomena ini bisa dijadikan tanda untuk meningkatkan kewaspadaan dan peringatan agar segera menuju ke tempat yang tinggi.

"Tapi kalau tidak ada kejadian gempa, tidak ada kejadian apa-apa, lalu ada dibilang ikan menepi dan air laut berubah baunya, itu belum ada korelasinya, sih," ujarnya.

Baca juga: Potensi Tsunami Jawa Timur 29 Meter, Ini Cara Mitigasi Bencana Tsunami

Sementara itu, ahli tsunami Indonesia Widjo Kongko mengatakan, Jawa selatan menghadap daerah subduksi dengan potensi ancaman gempa bumi megathrust yang berpotensi memicu tsunami tinggi di Banyuwangi 

Akan tetapi, seperti ditegaskan Widjo, sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa yang dapat menyebabkan tsunami.

Selain itu, belum ada kajian yang mapan mengenai perilaku hewan laut atau ikan, serta fenomena air laut, yang relevan sebagai precusor atau prediksi gempa bumi dan tsunami.

"Saya kira yang saat ini terjadi, yaitu adanya ikan minggir, bisa saja karena faktor lain, dan ini beberapa kali sudah pernah terjadi sebelumnya dan tidak diikuti gempa atau tsunami," jelas Widjo ketika dihubungi secara terpisah.

Baca juga: Alaska Diguncang Gempa M 7,5 Tsunami Rendah sampai di Utara Papua

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com