Primata adalah inti dari penelitian ini, kata Chad Roy, rekan penulis studi dan direktur pusat aerobiologi penyakit menular.
Di antara pekerjaan masa depan, pusat penelitian ini berencana untuk mempelajari 'long covid', yakni dampak jangka panjang yang dialami pasien yang telah sembuh dari Covid-19.
Sebab, satu dari 10 pasien yang didiagnosis tetap tidak pulih dalam jangka waktu yang lama setelah mereka mengalami infeksi Covid-19 yang akut atau parah.
"Ada banyak terapi berbeda yang datang online yang perlu diuji, dan dengan jaringan yang kami miliki, kami dapat membandingkan satu perawatan dengan perawatan lainnya," kata direktur pusat Jay Rappaport, merujuk pada peran fasilitas yang mengoordinasikan pekerjaan Covid-19. dari tujuh pusat penelitian primata di Amerika Serikat.
Baca juga: Punya Empati, Kera Barbary Liar Adopsi Anak Kera Lain yang Luka Parah
Setelah eksperimen selesai, pusat sains Tulane menidurkan monyet atau kera-kera yang digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan jaringan.
Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mempelajari dampak Covid-19 di luar sistem pernapasan.
Kathy Guillermo, dari investigasi laboratorium di People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), mengatakan primata tidak boleh digunakan untuk pengujian.
"Mereka tidak perlu membunuh mereka (kera) jika mereka tidak menggunakannya. Apa nilai yang akan kita pelajari akan menjadi apa yang kita pelajari dari manusia," jelas Guillermo.
Baca juga: Temuan Kera Prasejarah, Ubah Pandangan tentang Evolusi Manusia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.