Kasus selanjutnya adalah penis yang tidak muncul atau tenggelam (burried penis).
Kasus tersebut biasanya diamati pada lapisan lemak perut bawah yang agak tebal, dekat kelamin. Pada kasus itu, penis tertaik masuk ke dalam perut.
Irfan berkata, orang tua biasanya menduga penis anaknya kecil, padahal sebenarnya tenggelam atau tertarik oleh jaringan di bawah kulit.
Pengobatannya bisa dengan sunat, tetapi berbeda dengan sunat pada umumnya, karena memerlukan teknik rekonstruksi khusus dengan cara membebaskan bagian yang menarik penis agar lepas.
Baca juga: Kasus Langka Pertama di Dunia, Seorang Bayi Lahir dengan 3 Penis
Kasus kelainan pada penis yang terakhir adalah hipospadia atau lubang kencing tidak berada diujung penis.
Pada kondisi ini, lubang kencing bisa berada sedikit di bawah ujung dari glans penis, di batang penis atau di daerah kantung zakar (skrotum).
Kelainan genital pada buah zakar
Irfan menjelaskan, kelainan genital pada buah zakar kasusnya ada dua yakni buah zakar yang tidak turun dan retraktil testis.
Sejak dalam kandungan, testis berada di dalam perut. Seiring perjalanan waktu, testis akan turun ke dalam kantong menjelang minggu-minggu kelahiran.
Jika prosesnya terganggu, testis akan tertahan di posisi yang tidak seharusnya.
Kantong zakar kanan dan kiri berbeda kerena satu terisi dan satunya kosong.
Sementara itu, pada retraktil testis, testis dapat naik turun, kadang berada di dalam kantong zakar, kadang naik.
Kondisi itu biasanya membaik dengan sendirinya. Meski begitu, volume dan ukuran testis perlu dipantau setahun sekali.
Dengan bertambahnya usia, diharapkan volume testis juga bertambah.
Cara menghadapi kelainan genital bawaan
Irfan menegaskan, kelainan genital pada anak merupakan sesuatu yang mudah dilihat, diraba, dan diobservasi dengan kedua mata.
Orangtua mempunyai peran penting untuk ikut mengenali kelainan genitalia anaknya, khususnya di awal 2 tahun pertama kehidupan saat mereka membantu memandikan, mengganti popok hingga mengajari toilet training.
"Meskipun kasus seperti itu lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, tidak tertutup kemungkinan anak perempuan bisa mengalaminya," kata dia.
Jika ada kecurigaan, segera periksakan ke dokter agar mendapat tindakan segera dan tepat.
Jangan sampai telat, sehingga berakibat anak mulai mengalami kebingungan akan identitas gendernya ataupun mengalami gangguan psikologis.
Baca juga: Halo Prof! Bagaimana Menjaga Kesehatan dan Kesuburan Penis?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.