Oleh: Hilary A. Marusak dan Aneesh Hehr
SAAT kita tidur, kita terlihat seperti orang yang mati. Tapi ketika kita bangun, dengan sekejap kita bisa langsung bangun dan beraktivitas. Bagaimana caranya otak ‘menyalakan’ kesadaran kita? Pertanyaan ini sudah lama membuat para ilmuwan bingung selama ratusan tahun – bahkan hingga kini.
Meskipun ilmuwan belum menemukan jawaban sepenuhnya untuk pertanyaan ini, mereka pelan-pelan mulai mengerti dengan cara meneliti otak manusia saat mereka silih berganti antara kondisi tertidur dan terjaga.
Salah satu cara ilmuwan meneliti aktivitas otak adalah dengan menggunakan suatu alat bernama elektroensefalografi, atau EEG. EEG mengukur sinyal listrik yang datang dari ribuan sel otak bernama neuron.
Orang yang sedang diteliti akan menggunakan suatu topi berbentuk aneh yang tersambung dengan komputer – rasanya tidak sakit sama sekali. Aktivitas listrik di dalam otak akan muncul di komputer sebagai garis-garis yang bergelombang.
Baca juga: Kenapa Mata Belekan saat Bangun Tidur?
Kita bisa saja berpikir bahwa otak kita seakan dimatikan – atau beristirahat – saat kita tidur, tapi sebenarnya otak sedang beraktivitas dengan sangat lincah, meskipun kita tidak menyadarinya. Kita melalui siklus yang terdiri dari empat fase, masing-masing menunjukkan pola yang berbeda-beda dalam EEG.
Salah satu fase tidur, yang disebut “gerakan mata sangat cepat”, atau rapid eye movement (tidur REM), adalah periode di mana mimpi biasanya muncul. Bermimpi adalah suatu hal yang menarik karena rasanya seperti kita sedang sadar, tapi dengan kesadaran yang berbeda dengan saat kita terjaga.
Ternyata setiap fase tidur juga berkaitan dengan berbagai pola kimiawi yang berbeda di dalam otak, yang disebut dengan reaksi kimia saraf (neurochemicals) – inilah yang memungkinkan sel otak berkomunikasi dengan satu sama lain.
Salah satu sistem terpenting dalam otak yang bertugas membangunkan kita adalah yang disebut sistem aktivasi rektikular (reticular activating system, atau RAS).
RAS adalah bagian dari otak yang terletak tepat di atas tulang belakang, dan panjangnya sekitar 5 centimeter dengan ketebalan seperti pensil. RAS bertindak sebagai semacam pengatur lalu lintas atau penyaring untuk otak kita, untuk memastikan bahwa otak kita tidak kemasukan lebih banyak informasi dari yang bisa diterima.
Baca juga: Manfaat Bangun Pagi, Rahasia Sukses Pemimpin Dunia
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.