Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/06/2021, 18:00 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.comHipertensi adalah penyakit penyebab kematian nomor 1 di dunia. Menurut data World Health Organization tahun 2015, terdapat 1,13 milyar orang di dunia yang menderita hipertensi dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnnya.

Dilansir dari Kementerian Kesehatan, dari prevalensi hipertensi sebesar 34,2%, hanya 8,8% yang rutin meminum obat hipertensi. Sedangkan 32,3% lainnya tidak rutin minum obat dan 13,3% tidak minum obat sama sekali.

Padahal, dengan meminum obat hipertensi, akan membantu Anda mengontrol tekanan darah dan menurunkan resiko kematian akibat hipertensi.

Banyak sekali pilihan obat hipertensi yang tersedia untuk menurunkan tekanan darah. Dokter Anda akan menentukan obat mana yang paling tepat untuk menurunkan tekanan darah Anda.

Obat hipertensi adalah obat yang harus diminum berkelanjutan. Maka dari itu penting untuk rutin berkonsultasi ke dokter Anda, untuk melihat jika dosis dan jenis obat antihipertensi Anda masih efektif untuk dikonsumsi.

Baca juga: Penyebab Hipertensi, Kegemukan hingga Penyakit Ginjal Kronik

Dilansir dari Drug Office Department of Health Hong Kong, terdapat delapan macam obat anithipertensi berdasarkan cara kerja obatnya.

ACE inhibitors

Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors bekerja menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi pembuluh darah. Contoh obat ACE inhibitor adalah lisinopril. Obat ACE Inhibitor merupakan pilihan obat antihipertensi yang aman bagi penderita gagal jantung dan gangguan ginjal kronis.

Angiotensin II receptor blocker

Hampir mirip dengan ACE inhibitors, angiotensin II receptor blocker berfungsi merelaksasi pembuluh darah. Dengan begitu, jantung akan lebih mudah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Contoh obat jenis ini adalah valsartan.

Obat ini terbukti mampu melindungi jantung pada pasien dengan resiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.

Calcium channel blocker

Calcium channel blocker bekerja dengan cara menjada kalsium agar tidak memasuki sel otot pada jantung dan pembuluh darah. Ini akan menyebabkan pembuluh arteri membesar dan menurunkan demam berdarah. Contoh calcium channel blocker adalah amlodipine dan nifedipine.

Calcium channel blocker menunjukkan efektivitas yang lebih baik untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah stroke dibandingkan dua jenis obat hipertensi sebelumnya.

Diuretik

Diuretik bekerja dengan cara memicu pembuangan air dan garam berlebih di dalam tubuh melalui urin. Contoh obat diuterik adalah frusemide.

Beta-blockers

Beta-blockers bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara membuat jantung berdetak lebih lambat dan lebih pelan. Contoh obat beta-blocker adalah propanolol.

Obat ini tidak diberikan sebagai obat antihipertensi utama kecuali jika pasien memiliki indikasi untuk mengalami gagal jantung dan infark miokard.

Baca juga: Manfaat Alang-alang, Bagus untuk Ginjal dan Hipertensi

Alpha-blockers

Alpha-blockers memiliki mekanisme kerja merelaksasi tekanan darah, sehingga darah lebih mudah mengalir ke seluruh tubuh. Contoh obat alpha-blockers adalah doxazosin.

Obat ini jarang digunakan sebagai pilihan pertama untuk menurunkan tekanan darah karena tidak seefektif jenis obat antihipertensi lainnya.

Centrally acting antihipertensive

Obat jenis ini bekerja dengan menstimulasi adrenoseptor alpha 2 pada sistem saraf pusat. Hal ini akan memicu penurunan tekanan darah. Contoh obatnya adalah methyldopa. Obat jenis ini bisa digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi pada ibu hamil.

Vasodilator

Vasodilator, sesuai namanya, berfungsi untuk membuat pembuluh darah membesar atau dilatasi. Contoh obat vasodilator adalah hydralazine.

Pada akhirnya, penggunaan obat hipertensi terbaik akan ditentukan oleh dokter Anda dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada di tubuh Anda.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com