Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Jurnal Vaksin Sel Dendritik Tidak Disertai Pembuktian

Kompas.com - 29/05/2021, 17:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com- Dalam sebuah diskusi, mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengungkapkan jurnal yang dijadikan acuan vaksin Nusantara yang berbasis sel dendritik.

Video diskusi tersebut diunggah akun YouTube Josie Chyntia, Minggu (26/5/2021) lalu.

Terawan, dalam video tersebut mengatakan bahwa sekarang di seluruh dunia sedang membicarakannya. Termasuk di New York, sudah terbit dalam jurnal kesehatan, Pubmed.

"Itu isinya adalah dendritic cell vaccine immunotherapy atau vaksin Nusantara, The Begining of the End Cancer and Covid-19. Artinya apa, dunia sepakat punya hipotesis bahwa yang akan menyelesaikan hal ini termasuk Covid-19 adalah dendritic cell vaccine immunotherapy atau vaksin Nusantara," kata Terawan.

Peneliti vaksin dan doktor di bidang Biokimia dan Biologi Molekuler di Universitas Adelaide Australia, dr Ines Atmosukarto angkat bicara soal jurnal yang dipublikasikan National Library of Medicine (Pubmed), pada 9 November 2020 lalu.

Baca juga: Vaksin Nusantara Terawan Berbasis Sel Dendritik, Apa Bedanya dengan Vaksin Lain?

 

Dr Ines menyoroti vaksin sel dendritik itu dalam cuitan di akun Twitter-nya, "Untuk para pejabat dan masyarakat umum di Indonesia: publikasi pada jurnal bukan validasi sepenuhnya. Jadi, jangan jadikan alasan bahwa suatu penemuan terpublikasi sebagai validasi mutlak. Diskusi ilmiah paska publikasi juga penting," kata dr Ines.

Dihubungi Kompas.com, Jumat (28/5/2021), dr Ines mengatakan bahwa paper atau makalah dalam jurnal yang menampung hipotesa bukan jurnal yang melaporkan hasil penelitan.

"Jadi sifatnya spekulatif tidak didukung pembuktian," kata dr Ines.

Lebih lanjut dr Ines menyebut bahwa jurnal tersebut bukan jurnal acuan untuk pelaporan penelitian vaksin.

Di samping itu, menurut dia, ketiga penulis yang menulis jurnal berjudul Dendritic cell vaccine immunotherapy; the beginning of the end of cancer and COVID-19, tidak memiliki track record di bidang vaksin sel dendritik.

Baca juga: Metode Sel Dendritik untuk Terapi Kanker Beda Perlakuan dengan Vaksin

Ilustrasi sel dendritik, sel imun yang menghadirkan antigen.SHUTTERSTOCK/Kateryna Kon Ilustrasi sel dendritik, sel imun yang menghadirkan antigen.

"Hal itu jelas tercermin dari bahasa yang digunakan dalam Abstract, 'We hypothesize that DC (Dendritic Cell) vaccine therapy may provide a potential treatment strategy to help combat COVID-19'," ungkap dr Ines.

Menjelaskan hal itu, dr Ines mengatakan bahwa fokus dari ulasan dalam makalah tersebut adalah DC vaccine untuk kanker. Sedangkan di akhir Abstract makalah, penulis membicarakan Covid-19, tetapi tidak memberi detail penjelasan.

Dr Ines menambahkan bahwa hipotesa penulis dalam makalah itu adalah bahwa pasien kanker yang sedang menjalani immunoterapi berbasis vaksin sel dendritik untuk kanker, mungkin bisa digabungkan pada saat pembuatan sel dendritik untuk kanker dengan virus SARS-CoV-2, supaya dapat perlindungan terhadap keduanya.

Paper ini murni suatu hipotesa, kata dr Ines menegaskan. Selain itu, dalam makalah tersebut tidak disertai bukti eksperimen, uji binatang maupun uji klinis apapun.

"Saya tidak mengerti mengapa artikel ini dipakai sebagai validasi. Artikel ini tidak membuktikan apa-apa," jelas dr Ines.

Vaksin Nusantara sempat menuai kontroversi, serta pro dan kontra. Sebab, terapi ini dikembangkan untuk pasien kanker.

Baca juga: 4 Alasan Mengapa Vaksin Nusantara Tidak Lulus Uji Klinik Fase 1

 

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa, serta Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menandatangani nota kesepahaman terkait penelitian berbasis pelayanan sel dendritik.

Disaksikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy, berdasarkan kesepakatan itu, penelitian bersifat autologus ini akan dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto.

Artinya, penelitian vaksin sel dendritik atau vaksin Nusantara itu hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri, sehingga tidak dapat dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan izin edar.

Sementara itu, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (27/5/2021), KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa mendukung penelitian berbasis pelayanan sel dendritik untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap Covid-19.

"Saya berpikir bahwa penelitian ini adalah sesuatu yang sifatnya saintifik. Bagi saya, sesuatu yang sangat mungkin didukung," ujar Andika, dikutip dari Antara, Kamis (27/5/2021).

Baca juga: Nota Kesepahaman Vaksin Nusantara Diteken, Apa Itu Sel Dendritik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com