Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Autoimun IBD, Kenali Gejala, Jenisnya, hingga Faktor Risiko

Kompas.com - 26/05/2021, 11:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit autoimun yang dikenal sebagai peradangan usus kronis.

IBD juga disebutkan sebagai penyakit inflamasi kronis saluran cerna yang terjadi akibat kombinasi kerentanan genetik, paparan lingkungan, dan disregulasi respons imun terhadap microbia usus.

Perlu diketahui bahwa penyakit autoimun radang usus (IBD) ini dibagi menjadi dua jenis yakni, Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU).

Baca juga: Kenali Jenis, Gejala, dan Faktor Risiko Penyakit Autoimun Radang Usus

1. Penyakit Crohn (PC)

Penyakit Crohn atau yang dikenal juga Crohn's Disease adalah peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RSCM-FKUI, Prof dr Marcellus Simadibrata PhD SpPD KGEH FASGE mengatakan, autoimun PC ini cenderung lebih banyak dialami oleh wanita.

"PC atau CD ini bisa menyerang banyak bagian di saluran pencernaa," kata Marcellus dalam diskusi daring bertajukk World IBD Day 2021: Hidup Berdamai dengan IBD, Penyakit Autoimun di Usus, Sabtu (22/5/2021).

Umumnya, pasien yang menderita penyakit ini akan mendapati daerah inflamasi berbercak dan diselingi dengan daerah yang sehat.

Menurut Marcellus, inflamasi akibat autoimun PC ini dapat meluas sampai seluruh lapisan dinding usus.

2. Kolitis Ulseratif (KU)

Berbeda halnya dengan IBD jenis PC di atas, BD jenis Kolitis Ulseratif atau Ulcerative colitis adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar atau kolon.

"KU ini hanya menyerang bagian usus besar dan rektum saja," ujarnya.

Daerah peradangan akibat IBD KU ini tampak berkelanjutan atau tidak berbercak seperti PC. Biasanya peradangan ini dimulai dari bagian rektum, lalu meluas ke usus besar.

Inflamasi IBD jenis KU hanya terjadi pada lapisan dinding usus bagian dalam dari usus besar saja.

Kebalikan dari penyakit autoimun PC, penyakit Kolitis Ulseratif ini lebih banyak dialami oleh kaum pria.

Baca juga: Cara Mencegah Penyakit Autoimun Radang Usus dan Pengobatannya

Penyakit autoimun radang usus (IBD) ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU).SHUTTERSTOCK/Alila Medical Media Penyakit autoimun radang usus (IBD) ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU).

Gejala penyakit autoimun IBD (radang usus) 

Ada banyak sekali gejala-gejala yang bisa Anda curigai dan waspadai sebagai pertanda penyakit autoimun radang usus ini, yaitu seperti berikut: 

- Buang Air Besar (BAB) berdarah (hematochezia) 

- Mual 

- Demam 

- Nyeri perut atau kram perut 

- Perut kembung 

- Diare 

- Selera makan berkurang 

- Berat badan turun drastis (tanpa diet)

- Tinja bercampur dengan lendir

- Sering kelelahan 

- Peningkatan buang air besar

- Penurunan berat badan drastis

"Paling banyak kasus, pasien IBD umumnya sering mengalami diare. Itu (diare) terjadi bukan sesekali, tapi hampir setiap hari," kata dia.

Baca juga: IBD, Penyakit Autoimun di Saluran Cerna dari Gejala hingga Komplikasi

Faktor risiko penyakit autoimun IBD (radang usus) 

Radang usus dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada kelompok usia 15-30 tahun. 

Selain penyintas autoimun, seseorang dapat lebih berisiko mengalami radang usus dikarenakan beberapa hal sebagai berikut: 

- Merokok 

- Memiliki riwayat infeksi 

- Sering mengonsumsi obat antinflamasi nonsteroid (OAINS) 

- Tinggal di dekat kawasan industri - Berusia di bawah 35 tahun 

- Memiliki faktor genetik atau keturunan

"IBD ini memang lebih sering ditemukan pada usia produktif, usia 20-50 tahunan. Tapi, ada juga kasus pada anak-anak atau manula. Tergantung faktor risiko lainnya juga," ucap dia.

 

Pengaruh IBD dalam kehidupan sehari-hari

Meskipun, masih banyak masyarakat yang tidak menyadari atau tidak mengetahui adanya penyakit jenis ini, IBD atau radang usus kronis ini tidak bisa dianggap sepele, karena bisa mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien.

Selain itu, pasien juga berpeluang mengalami komplikasi yang membutuhkan perawatan dan prosedur bedah, serta berujung pada kematian yang cukup tinggi jika dibiarkan sakit tanpa penanganan yang tepat.

Menurut Marcellus, mengelola gejala fisik penyakit Crohn dan kolitis ulseratif hanyalah salah satu bagian dari hidup dengan penyakit radang usus (IBD).

Ada beberapa tantangan hidup dengan penyakit kronis yang satu ini. Di antaranya berikut beberapa hal yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari pasien IBD ini.

Seperti pergi bekerja dan sekolah, mengelola hubungan, bersosialisasi, citra tubuh serta menjaga kesehatan mental dan emosional.

Dengan demikian, kata Marcellus, sangat penting sekali bagi pasien merawat atau mengendalikan gejala fisik yang diderita.

Baca juga: Positif Covid-19 dan Punya Riwayat Autoimun seperti Ashanty, Benarkah Efeknya Lebih Parah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com