Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Nuklir Muncul Lagi di Chernobyl, Ilmuwan Lakukan Pemantauan

Kompas.com - 18/05/2021, 12:03 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aktivitas nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di Ukraina ternyata belum sepenuhnya padam. Para ilmuwan memantau adanya lonjakan reaksi fisi di ruang yang tak dapat diakses di dalam kompleks tersebut.

Saat ini ilmuwan pun sedang menyelidiki apakah lonjakan itu akan stabil atau memerlukan intervensi untuk mencegah reaksi nuklir yang tak terkendali.

Seperti dikutip dari New Scientist, Senin (17/5/2021) ledakan di Chernobyl pada 1986 meruntuhkan tembok dan menutup banyak ruangan serta koridor.

Berton-ton materi fisil dari bagian dalam reaktor berserakan di seluruh fasilitas dan panas yang dihasilkan melelehkan pasir dari dinding reaktor dengan beton dan baja. Lelehan tersebut kemudian membentuk zat radioaktif seperti lava yang sangat kuat, mengalir ke lantai bawah.

Baca juga: 35 Tahun Peristiwa Chernobyl, Bagaimana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Itu Bisa Meledak?

Satu ruang yang dikenal sebagai ruang subreaktor 305/2, diperkirakan mengandung banyak bahan ini, tetapi tak dapat diakses dan belum terlihat oleh mata manusia atau robot sejak bencana tersebut.

Sekarang, para peneliti telah melihat lonjakan emisi neutron dari ruangan itu sekitar 40 persen sejak awal 2016. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan reaksi fisi nuklir sehingga para ilmuwan mencoba untuk memantau untuk mengetahui apakah lonjakan tersebut akan hilang atau perlu untuk dilakukan intervensi.

Neil Hyatt dari Universitas Sheffield, Inggris, yang mempelajari pembuangan limbah nuklir mengibaratkan kondisi ini seperti bara di lubang barbecue. Ia juga menyebut jika situasi tersebut menjadi pengingat bahwa ini bukan masalah yang telah diselesaikan melainkan masalah yang hanya distabilkan.

Menurut Hyatt, lonjakan tersebut bisa terjadi karena struktur baru yang ditempatkan di atas reaktor yang hancur pada 2016, menyebabkan pabrik mengering.

Saat bahan bakar uranium atau plutonium membusuk secara radioaktif, mereka mengeluarkan neutron yang dapat mendororng reaksi fisi jika neutron ditangkap oleh inti radioaktif lain. Namun, sejumlah besar air sebenarnya dapat memperlambat neutron dan mencegahnya terperangkap.

Ruang kendali reaktor di ChernobylShutterstock Ruang kendali reaktor di Chernobyl

Kasus tersebut terjadi saat tempat penampungan lama yang dibangun dengan tergesa-gesa di atas reaktor beberapa bulan setelah kejadian ledakan menyisakan lubang-lubang yang memungkinkan air hujan masuk.

Air tersebut dapat membantu menekan reaksi di ruangan 305/2. Namun keberadaan struktur baru justru menyebabkan tak ada lagi cukup air di ruangan untuk memperlambat penurunan neutron.

Meski begitu Hyatt menyebut jika lonjakan aktivitas nuklir tergolong rendah.

"Kami cukup yakin tak ada pelepasan energi nuklir yang cukup cepat sehingga terjadi ledakan. Namun jika laju produksi neutron terus meningkat, ilmuwan perlu turun tangan," katanya.

Ini bisa dengan cara pengeboran ke dalam ruangan dan menyemprotnya dengan cairan yang mengandung zat seperti gadolinium nitrat yang akan menyerap kelebihan neutron dan menghambat reaksi fisi.

Baca juga: Bukti Bencana Nuklir Paling Dahsyat, Chernobyl Diajukan Jadi Situs Warisan Dunia

Namun pemantauan tersebut juga bukan hal yang mudah. Sebab menurut Maxim Saveliev dari Institute for Safety Problem of Nuclear Power Plant National Academy of Science of Ukraine, tak ada sensor neutron di dekat ruangan tersebut.

Hal tersebut membuat para ilmuwan tak tahu materi apa yang ada di antara sensor mereka dan bahan bakar yang meleleh sehingga sulit untuk memprediksi skala masalah yang tepat.

Saveliev pun menyarankan bahwa robot harus digunakan sedekat mungkin ke ruang 305/2 untuk memasang sensor neutron dan suhu. Selain itu jika memungkinkan, robot juga bisa mengambil sampel dan memasang penyerap neutron padat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com