Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Mengancam Keberadaan Lukisan Goa Tertua di Sulawesi

Kompas.com - 18/05/2021, 07:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Perubahan iklim tak hanya mengancam lingkungan serta makhluk hidup. Kondisi ini juga mengancam sejumlah peninggalan bersejarah, salah satunya lukisan goa yang diyakini tertua di dunia, yang ditemukan di Sulawesi.

Lukisan goa tertua yang dimaksud adalah lukisan yang menggambarkan babi, serta gambar cetakan tangan yang ditemukan di Sulawesi.

Lukisan cetakan tangan tersebut diperkirakan berusia 35.000 tahun.

Temuan itu pun berhasil menulis ulang pemikiran mengenai kapan dan di mana orang-orang purba mengembangkan kemampuan artistik dan apa artinya bagi perkembangan kognisi manusia. Sementara itu, lukisan babi dibuat setidaknya 45.500 tahun lalu.

Hingga tahun 2014, lukisan goa diperkirakan berasal dari goa Zaman Es di Perancis dan Spanyol.

Kendati demikian, dengan adanya dua temuan lukisan goa tertua tersebut menunjukkan jika manusia di belahan dunia lain juga melakukannya, bahkan lebih awal.

Baca juga: Perubahan Iklim Lahirkan Spesies Beruang Baru Bernama Pizzly, Seperti Apa?

 

Namun kini, lukisan goa tertua tersebut menurut studi yang dipublikasikan di Scientific Reports mengalami penurunan kondisi pada tingkat yang mengkhawatirkan, disinyalir hal ini terjadi akibat dampak dari perubahan iklim.

Mengutip IFL Science, Senin (17/5/2021), seni cadas tersebut terancam oleh pelapukan agresif yang disebabkan oleh krisis iklim yang menjadikan degradasi permukan goa batu kapur tempat kedua lukisan itu berada.

Indonesia bagaimanapun berada di daerah tropis, salah satu tempat dengan atmosfer yang paling dinamis di dunia, di mana pemanasan global bisa sampai tiga kali lebih tinggi daripada di tempat lain.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Jillian Huntley, ahli konservasi seni cadas dari Pusat Penelitian Sosial dan Budaya Griffith di Australia pun kemudian menyadari jika perubahan iklim tersebut bisa berimbas pada lukisan-lukisan goa tertua, seperti lukisan cadas tertua di dunia yang berada di Sulawesi.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Lebih Banyak Kerusakan Situs Warisan Dunia

Lukisan gua tertua di dunia menggambarkan babi kutil Sulawesi yang dilukis di dinding gua Leang Tedongnge berumur 45.500 tahun yang lalu. Lukisan prasejarah tertua di dunia ini mengungkapkan sejarah migrasi manusia purba modern, Homo sapiens di Nusantara, Indonesia.
Maxime Aubert/Griffith University Lukisan gua tertua di dunia menggambarkan babi kutil Sulawesi yang dilukis di dinding gua Leang Tedongnge berumur 45.500 tahun yang lalu. Lukisan prasejarah tertua di dunia ini mengungkapkan sejarah migrasi manusia purba modern, Homo sapiens di Nusantara, Indonesia.

Huntley pun lantas memutuskan untuk melihat mekanisme penyebab dari dampak perubahan iklim tersebut terhadap lukisan-lukisan tua. Ia bersama tim selanjutnya menganalisis 11 situs lukisan goa di Maros Pangkep, Sulawesi Selatan.

Mereka menganalisis serpihan batu yang terlepas dari dinding goa dan menemukan mineral garam, termasuk kalsium sulfat dan natrium klorida di tiga lokasi.

Garam-garam ini membentuk kristal di permukaan batuan yang menyebabkannya terlepas. Mereka juga menemukan sulfur tingkat tinggi di 11 lokasi.

Namun para peneliti ini terkejut dengan luasnya pelapukan garam yang terjadi. Mereka mencatat hilangnya beberapa serpihan seukuran dari bagian lukisan hanya dalam 5 bulan.

Baca juga: Perubahan Iklim Ubah Tempat Ini Jadi Hutan Hantu, Kok Bisa?

 

"Kristal garam tak hanya melemahkan permukaan goa secara kimiawi, pertumbuhan kristal garam di balik seni cadas tersebut juga menyebabkan pengelupasan dinding," kata Huntley.

Penelitian ini dilakukan dengan bantuan ahli Indonesia serta Dinas Cagar Budaya Sulawesi.

Dalam studi itu mengungkapkan bahwa perubahan suhu dan kelembapan yang berulang akibat curah hujan musiman dan kekeringan yang bergantian, telah menciptakan kondisi yang memperburuk pembentukan kristal garam dan degradasi lukisan goa.

Lebih lanjut, meski perubahan musim merupakan hal yang normal, tim berpendapat bahwa perubahan ini telah dipercepat oleh kenaikan suhu global dan tingkat keparahan cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim dan peristiwa El Nino.

Hal ini membuktikan bahwa menanggulangi krisis iklim sangat penting, tak hanya untuk masa depan planet kita, tetapi juga melestarikan masa lalu kita.

Baca juga: Gletser Pegunungan Alpen Terancam Hilang akibat Perubahan Iklim, Kok Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com