Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/05/2021, 10:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Selama 60 tahun terakhir, manusia telah mengubah lahan yang luasnya setara gabungan Afrika dan Eropa.

Penggunaan lahan itu baik mengubah hutan menjadi lahan pertanian atau mengubah sabana menjadi padang rumput.

Hal ini tertulis dalam laporan yang terbit di jurnal Nature Communications.

Peneliti mengatakan, perubahan lahan yang terjadi sejak 1960, jumlahnya mencapai sekitar 43 juta kilometer persegi. Empat kali lebih luas dari perkiraan sebelumnya.

Baca juga: Apa Rasanya Kembali ke Bumi dari Luar Angkasa? Ini Kata Astronot

"Karena penggunaan lahan memainkan peran sentral untuk mitigasi iklim, keanekaragaman hayati, dan produksi pangan, dengan memahami dinamika sepenuhnya dapat membantu dalam strategi penggunaan lahan yang berkelanjutan," kata penulis utama studi Karina Winkler, ahli geografi fisik di Wageningen University & Research, Belanda, kepada AFP.

Tanaman dan tanah, terutama di hutan tropis, menyerap sekitar 30 persen dari polusi karbon buatan manusia, sehingga perubahan lanskap skala besar dapat menunjukkan keberhasilan atau kegagalan dalam memenuhi target Perjanjian Iklim Paris.

Perjanjian iklim 2015 memerintahkan negara-negara untuk menekan pemanasan global, targetnya jauh di bawah dua derajat celsius, dan 1,5 derajat celsius jika memungkinkan.

Bumi telah menghangat 1,2 derajat celsius di atas patokan pra-industri. Suhu ini cukup untuk memicu badai mematikan, kenaikan permukaan laut, dan dampak lainnya.

Menurut temuan studi tersebut, sejak 1960, total tutupan hutan Bumi telah menyusut hampir satu juta kilometer persegi, sedangkan wilayah yang ditutupi oleh lahan pertanian dan padang rumput masing-masing meningkat dengan tingkat yang hampir sama.

Namun, angka global mengaburkan perbedaan wilayah yang penting.

Tim menemukan bahwa area hutan di Dunia Utara, seperti Eropa, Rusia, Asia Timur, dan Amerika Utara, telah meningkat dalam 60 tahun terakhir. Sementara hilangnya hutan di negara-negara berkembang di Dunia Selatan sangat tinggi.

Sebaliknya, lahan pertanian telah menurun di utara dan berkembang di dunia Selatan, terutama untuk memuaskan selera negara yang kaya.

Konsep hari Bumi atau earth day, ilustrasi.SHUTTERSTOCK/Sayan Puangkham Konsep hari Bumi atau earth day, ilustrasi.

Permintaan komoditas

"Deforestasi tropis telah terjadi untuk produksi daging sapi, tebu, dan kedelai di Amazon Brasil, kelapa sawit di Asia Tenggara, serta kakao di Nigeria dan Kamerun," kata Winkler, seperti dilansir AFP, Selasa (11/5/2021).

Harga minyak yang tinggi juga memicu konversi hutan menjadi tanaman bioenergi.

Studi tersebut mengungkapkan perubahan tata guna lahan yang cepat - yang pertama didorong oleh Revolusi Hijau pada 1960-1970-an, dan kemudian oleh perluasan pasar global hingga tahun 2005.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com