Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/05/2021, 12:01 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Selama ini kita beranggapan menguap adalah penanda kebosanan. Namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim internasional menunjukkan, kalau menguap ternyata dapat menentukan ukuran otak.

Studi yang dipublikasikan Kamis, (6/5/2021) di jurnal Communications Biology itu mengungkap, bila makin lama menguap maka makin besar pula otak hewan.

Kesimpulan itu diambil setelah peneliti melakukan studi terhadap lebih dari seratus spesies mamalia dan burung.

Baca juga: Untuk Jadi Ratu, Semut Ini Kecilkan Otak dan Besarkan Ovarium

"Kami pergi ke beberapa kebun binatang dengan kamera. Kami menunggu di dekat kandang hewan sampai hewan menguap. Ini perjalanan yang cukup lama. Kami juga mempelajari video hewan yang menguap di platform seperti Youtube dan Facebook," ungkap Jorg Massen dari Utrecht University seperti dikutip dari Phys, Jumat (7/5/2021)

Tim kemudian menghubungkan durasi menguap ini dengan data otak dan saraf yang diberikan oleh tim Pavel Nemec dari Universitas Charles di Praha.

Hal ini memungkinkan mereka untuk menyimpulkan bahwa durasi menguap terkait dengan ukuran otak dan jumlah neuron di otak. Jadi hewan dengan otak lebih besar akan menguap lebih lama.

Selain itu peneliti menemukan, bahwa mamalia tampaknya menguap lebih lama daripada burung. Hal ini ditunjukkan dengan suhu inti dalam tubuh burung yang makin tinggi.

Perbedaan antara suhu inti burung dan udara di sekitar lebih besar daripada mamalia. Akibatnya, darah burung mendingin lebih cepat ke udara sekitar dan menjadikannya menguap lebih pendek.

Terlepas dari itu, menguap memiliki manfaat bagi tubuh mahluk hidup karena berfungsi untuk mendinginkan otak.

"Melalui menghirup udara dingin secara bersamaan dan peregangan otot di sekitar rongga mulut, menguap meningkatkan aliran darah yang lebih dingin ke otak. Dengan demikian menguap memiliki fungsi termoregulasi," kata Andrew Gallup, peneliti dari State University of New York Polytechnic Institute.

Baca juga: 3 Teori Kenapa Manusia Alami Deja Vu, Salah Satunya Kerusakan Otak

Halaman:
Sumber PHYSORG
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com