Untuk strategi berikutnya yang harus diperkuat adalah 3T yakni pengujian massal (testing), pelacakan kontak (tracing), dan karantina (treatment).
Selain itu, masyarakat juga tidak seharusnya mengandalkan ataupun bersuka cita berlebihan (euforia) atas program vaksinasi Covid-19 yang saat ini masih berlangsung untuk semua elemen masyarakat.
Pasalnya, seperti yang terjadi di negara India, lonjakan kasus pada gelombang kedua yang terjadi saat ini adalah akibat euforia vaksinasi Covid-19.
Banyak di antara masyarakat yang sudah merasa aman tanpa masker, berkerumun, dan abai terhadap protokol kesehatan lainnya dengan dalih sudah divaksin Covid-19.
Padahal, para ahli masih selalu menegaskan bahwa vaksin Covid-19 yang ada saat ini bukanlah tameng untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Melainkan, hanya untuk mengurangi atau meminimalisir efek gejala sakit parah yang terjadi jika orang tersebut terinfeksi virus. Selain itu juga agar dapat menekan angka kasus kematian.
Artinya, meskipun kita sudah divaksinasi Covid-19 jenis apapun seperti Sinovac, AstraZeneca maupun Sinopharm bukan berarti tubuh kita kebal terhadap virus SARS-CoV-2 tersebut.
Baca juga: Epidemiolog: Pandemi Covid-19 Indonesia Bisa seperti India jika...