Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Teori Kenapa Manusia Alami Deja Vu, Salah Satunya Kerusakan Otak

Kompas.com - 07/05/2021, 13:32 WIB
Dea Syifa Ananda,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perahkah Anda mengalami kondisi di mana Anda pergi ke suatu tempat dan  tiba-tiba Anda merasa tempat itu sangatlah familiar, atau merasa pernah melakukan sesuatu yang kejadiannya sama persis sebelumnya?

Itu berarti Anda sedang mengalami Deja Vu. Deja Vu berasal dari bahasa Perancis yang berarti "sudah pernah melihat".

Menurut ulasan tahun 2003 di jurnal Psychological Bulletin, sekitar dua dari tiga orang pernah mengalami fenomena tersebut pada satu waktu atau lainnya.

Dilansir Health, Senin (8/8/2016) meskipun cukup umum, Profesor Psikologi Medis di Columbia University Medical Center mengatakan bahwa fenomena ini bukan subjek yang dipelajari secara luas.

Ini karena, deja vu adalah pengalaman subjektif atau dengan kata lain, sulit untuk dipicu dalam subjek penelitian dan menguji teori di baliknya bisa jadi sangat rumit.

Meski demikian, para peneliti memiliki beberapa teori tentang alasan manusia bisa mengalami deja vu

Baca juga: Mengapa Kita Tak Bisa Mengingat Mimpi Sendiri? Sains Jelaskan

Beberapa orang mungkin berpikir déjà vu adalah tanda bahwa Anda sedang mengingat pengalaman dari kehidupan lampau dan ini adalah sesuatu hal yang agak menyeramkan.

Dilansir Healthline, Sabtu (30/3/2020) para peneliti tidak dapat dengan mudah mempelajari déjà vu, sebagian karena deja vu terjadi tanpa tanda dan seringkali pada orang-orang tanpa masalah kesehatan mendasar.

Para ahli menjelaskan penyebab déjà vu yang berbeda-beda. Namun, sebagian besar setuju hal ini berhubungan dengan memori di masa lalu.

Teori deja vu

Berikut beberapa teori alasan manusia dapat megalami deja vu :

1. Persepsi Terbagi

Teori persepsi terbagi ini mengungkapkan bahwa deja vu terjadi ketika Anda melihat sesuatu pada dua waktu yang berbeda.

Saat pertama kali Anda melihat sesuatu, Anda mungkin tidak terlalu melihatnya secara jelas karena perhatian Anda teralihkan.

Otak Anda dapat mulai membentuk ingatan tentang apa yang Anda lihat bahkan hanya diperoleh dari pandangan singkat saja.

2. Kerusakan sirkuit otak minor

Teori lain mengatakan bahwa deja vu terjadi ketika otak Anda "mengalami gangguan" dan mengalami kerusakan yang mirip dengan serangan epilepsi.

Dengan kata lain, ini bisa terjadi ketika bagian otak Anda yang melacak peristiwa saat ini dan bagian otak Anda yang mengingat ingatan di masa lalu sama-sama aktif.

Otak Anda secara keliru mempersepsikan apa yang terjadi di masa kini sebagai ingatan, atau sesuatu di masa lalu yang sudah terjadi.

Jenis disfungsi otak ini umumnya tidak perlu dikhawatirkan kecuali jika terjadi secara teratur. Beberapa ahli percaya bahwa jenis kerusakan otak lain dapat menyebabkan deja vu.

3. Penarikan kembali memori

Banyak ahli percaya bahwa deja vu berkaitan dengan cara Anda memproses dan mengingat ingatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Anne Cleary, seorang peneliti deja vu dan profesor psikologi di Colorado State University, membantu menghasilkan beberapa dukungan untuk teori ini.

Melalui hasil penelitiannya, dia menemukan bukti yang menunjukkan bahwa deja vu dapat terjadi sebagai respons terhadap peristiwa yang menyerupai sesuatu yang pernah Anda alami namun Anda tidak ingat.

Meskipun Anda tidak dapat mengingat dengan jelas ingatan itu, otak Anda masih tahu bahwa Anda pernah mengalami situasi yang sama.

Proses ingatan implisit ini mengarah pada perasaan keakraban yang agak aneh. Jika Anda dapat mengingat memori yang serupa, Anda akan dapat menghubungkan keduanya dan kemungkinan besar tidak akan mengalami déjà vu sama sekali.

Baca juga: Kenapa Kita Mengalami Deja Vu? Sains Menjelaskan

Pada intinya, para ahli umumnya setuju fenomena ini mungkin berhubungan dengan memori dalam beberapa hal.

Jadi, jika Anda mengalami déjà vu, Anda mungkin pernah mengalami peristiwa serupa sebelumnya namun sayangnya Anda tidak bisa mengingat hal itu dengan jelas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com