Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Longsor di PLTA Batang Toru, Organisasi Lingkungan: Sebenarnya Bisa Dicegah

Kompas.com - 07/05/2021, 08:30 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Kera besar paling terancam punah di dunia

Seperti disebutkan di atas, salah satu kekhawatiran para pegiat lingkungan adalah ancaman eksistensial PLTA Batang Toru terhadap orangutan tapanuli.

Orangutan tapanuli yang bernama ilmiah Pongo Tapanuliensis adalah spesies kera besar paling langka dan terancam punah di dunia. Kali pertama diidentifikasi pada 2017 oleh para ilmuwan; orangutan tapanuli diperkirakan hanya tersisa 800 ekor saja saat ini.

Baca juga: 5 Alasan Kita Harus Menyelamatkan Orangutan Indonesia dari Populasi Kritis

Permasalahannya, populasi orangutan tapanuli yang tinggal di ekosistem Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara saat ini telah terfragmentasi menjadi tiga blok: blok barat yang hanya beranggotakan 600 individu, blok timur dengan 160 individu dan blok sibualbuali dengan 30 individu saja.

Kondisi ini dikhawatirkan akan menjadi semakin parah jika proyek PLTA Batangtoru dilanjutkan. Pasalnya, pembangunan jalan akses dan sutet untuk PLTA Batangtoru akan membelah blok barat menjadi dua dan membuat populasi orangutan semakin terfragmentasi.

Padahal, orangutan tapanuli bersifat 100 persen arboreal atau bergantung pada habitat hutan sepenuhnya, sehingga tidak bisa menyeberangi wilayah yang tidak ada pohonnya. Selain itu, spesies ini juga memiliki waktu perkembangbiakan yang lama, yakni baru bisa mempunyai anak pada usia 15 tahun dan hanya melahirkan setiap 8-9 tahun.

Fragmentasi lebih lanjut bisa menyebabkan persaingan mencari pasangan dan makan yang lebih sengit di antara orangutan tapanuli, dan memicu timbulnya inbreeding (kawin sedarah) yang bisa berujung pada kepunahan.

PT NSHE mengaku bertanggung jawab

PT NSHE telah menyampaikan duka cita terhadap keluarga korban dan mengaku bertanggung jawab atas bencana longsor yang terjadi di area proyek pembangunan PLTA Batang Toru yang dikerjakannya.

Dalam pesan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (30/4/2021), Direktur Komunikasi dan Hubungan Luar (Communication and External Affair) PT NSHE, Firman Taufick, mengatakan telah melaporkan kejadian itu ke Pemkab Tapanuli Selatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tapanuli Selatan dan berkoordinasi dengan pihak aparat Polri, TNI setempat.

Selain itu, dia juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com