Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Susan Alami Guillain-Barre Syndrome Usai Vaksinasi, Benarkan akibat Vaksin Covid-19?

Kompas.com - 06/05/2021, 15:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketua Komisi Nasional (Komnas) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Safari mengatakan, seorang guru bernama Susan yang disebut mengalami kelumpuhan setelah disuntik vaksin Covid-19 ternyata menderita Guillain-Barre Syndrome.

Hal ini disampaikan Hindra berdasarkan keterangan dari tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) yang menunjukkan Susan mengalami Guillain-Barre Syndrome, yaitu kondisi penyakit saraf.

"Diagnosis yang dibuat tim dokter RSHS (Guru Susan menderita) Guillain-Barre Syndrome," kata Hindra seperti pemberitaan Kompas.com, Senin (3/5/2021).

Baca juga: Guru Susan di Sukabumi Lumpuh Setelah Disuntik Vaksin Covid-19, Keluarga: Berharap Kembali Sehat

Apa itu Guillain-Barre Syndrome? Serta, adakah hubungannya vaksin dengan Covid-19?

Guillain-Barre Syndrome (GBS) adalah penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf tepi yang terjadi secara cepat dan progresif.

Dokter Spesialis Saraf di Primaya Hospital Karawang, Dr Henny Herawati SpS Neurologist menjelaskan, bahwa hingga saat ini penyebab pasti GBS tidak diketahui secara jelas.

Akan tetapi, dari teori yang diyakini, GBS bisa dipicu oleh berbagai kondisi, seperti adanya infeksi penyakit sebelumnya, misal infeksi saluran pencernaan, saluran pernapasan, imunisasi, kehamilan, dan tindakan bedah sebelumnya.

Sementara, gejala yang ditimbulkan jika seseorang mengalami GBS adalah kelemahan, rasa berat, kesemutan atau mati rasa yang semakin lama semakin meluas di sekitar kaki atau tangan.

"Kelumpuhan itu sama saja dengan kelemahan," kata Henny kepada Kompas.com, Kamis (6/5/2021).

Kendati, salah satu pemicu GBS yang diketahui adalah imunisasi atau pemberian vaksin ke dalam tubuh, dengan gejala GBS adalah kelumpuhan, Henny berkata, angka kejadinnya sangat kecil dan jarang.

Sebelumnya, kasus kelumpuhan akibat imunisasi yang pernah ditemukan adalah pada vaksinasi influenza.

"Tapi angka kejadiannya (lumpuh GBS setelah vaksin) jarang kok," ujarnya.

Meski demikian, Henny tidak bisa memberikan kepastian, apakah memang vaksinasi Covid-19 yang membuat Susan, guru asal Sukabumi, Jawa Barat itu mengalami kelumpuhan.

"Kalau (lumpuh GBS) sama vaksin Covid-19 belum bisa dikaitkan, karena belum ada penelitiannya," kata dia.

"Untuk KIPI pada vaksin Covid-19 ini keterkaitannya dengan GBS ini belum bisa dibuktikan, mungkin diperlukan penelitian lebih lanjut," imbuhnya.

Baca juga: Ilmuwan: Risiko Pembekuan Darah akibat Covid-19 Delapan Kali Lebih Tinggi dari Vaksin AstraZeneca

 

Lebih lanjut, Henny mengatakan, efek samping setiap vaksin tidak bisa disamakan. Selain itu, reaksi atau respons terhadap vaksin pada setiap orang akan berbeda-beda.

"Tidak semua efek samping bisa terjadi pada setiap orang. Namanya efek samping, bisa terjadi bisa enggak," tegasnya.

Ia mengingatkan kepada masyarakat agar jangan panik dan jangan takut untuk divaksin.

Bila ada efek samping dari vaksinasi yang dilakukan, secepatnya datang ke dokter atau ke rumah sakit, dan pastikan saat vaksin kondisi tubuh harus fit atau sehat.

Menurutnya GBS adalah penyakit yang bisa disembuhkan. Semakin cepat ditangani akan semakin baik.

Jika seseorang mengalami GBS, maka akan diberikan tindakan atau terapi seperti plasmaferesis atau imunoglobulin intravena (IvIg).

Baca juga: Studi Baru: 3 Vaksin Covid-19 Efektif Melawan Varian Baru Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com