Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konser Musik Cilandak, Ini Pentingnya Pakai Masker dan Jaga Jarak

Kompas.com - 05/05/2021, 16:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19, virus corona terus bermutasi. Beberapa di antaranya lebih ganas, lebih kebal vaksin, dan lebih mudah menular - yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) - disebut variant of concern atau varian yang sangat diperhatikan.

Namun di sisi lain, perilaku masyarakat justru abai terhadap pandemi Covid-19. Orang-orang mengabaikan protokol kesehatan. Banyak orang berkerumun, tidak jaga jarak, dan tidak memakai masker.

Pada Minggu (2/5/2021), tampak sejumlah warga berbelanja pakaian dan memadati Tanah Abang. Kemudian pagelaran konser musik di area Cibis Park, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Sabtu (1/5/2021).

Video konser musik yang beredar di sosial media mempertontonkan sejumlah band melakukan aksi panggung, penonton tak memakai masker dan menjaga jarak, justru asyik berjingkrak dan melompat ke sana-sini.

Tsunami Covid-19 di India adalah bukti nyata, virus corona masih menyebar. Jumlah kasus di negara lain pun meningkat.

Baca juga: Studi Baru Ungkap Masker Dobel Lebih Efektif Cegah Covid-19

Seperti kita tahu, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sangat penting digunakan selama pandemi Covid-19 ini. Bukan untuk hiasan, masker dapat melindungi diri kita sendiri dan orang lain.

Dilansir CNN, Rabu (3/2/2021), masker tidak boleh dilepaskan apapun alasannya, termasuk jika sudah mendapat vaksin penuh.

Alih-alih melepas masker, para ahli justru menyarankan agar menganggap masker sebagai sahabat baru yang akan menemani kita untuk waktu sangat lama.

Ini alasan kenapa masker dan protokol kesehatan lainnya wajib dilakukan.

1. Virus bermutasi

Seperti tipikal virus, virus corona SARS-CoV-2 bermutasi di seluruh dunia, menciptakan varian yang terbukti lebih menular.

Para ahli sudah memperingatkan, penyintas Covid-19 yang sudah mendapat antibodi masih berpeluang terinfeksi varian virus corona yang lain, misalnya varian baru B.1.17 dari Inggris, varian B.1.351 yang diidentifikasi pertama kali di Afrika Selatan, dan B.1.617, atau strain mutan rangkap tiga yang pertama kali ditemukan di India dan menjadi pemicu tsunami Covid-19 di negara itu.

Berita terbaru, Organisasi Kesehatan Dunia memasukkan 10 varian dalam kategori variant of concern atau varian yang sangat diperhatikan karena dikhawatirkan lebih menular, lebih kebal vaksin, dan memiliki efek lebih buruk.

3 dari 10 varian (B.1.17, B.1.617, dan B.1.351) dinyatakan Kemenkes sudah masuk Indonesia.

Sejumlah warga memadati Blok B Pusat Grosir Pasar Tanah Abang untuk berbelanja pakaian di Jakarta Pusat, Minggu (2/5/2021). Gubernur DKI Anies mengakui adanya lonjakan pengunjung di pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara tersebut, dari sekitar 35.000 pengunjung pada hari biasa menjadi sekitar 87.000 orang pada akhir pekan ini sehingga pihaknya menyiagakan sekitar 750 petugas untuk menjaga kedisiplinan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA Sejumlah warga memadati Blok B Pusat Grosir Pasar Tanah Abang untuk berbelanja pakaian di Jakarta Pusat, Minggu (2/5/2021). Gubernur DKI Anies mengakui adanya lonjakan pengunjung di pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara tersebut, dari sekitar 35.000 pengunjung pada hari biasa menjadi sekitar 87.000 orang pada akhir pekan ini sehingga pihaknya menyiagakan sekitar 750 petugas untuk menjaga kedisiplinan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.

2. Anda bisa jadi silent spreader

Anda bisa menjadi silent spreader atau penyebar virus dalam senyap. Maksudnya adalah Anda mungkin termasuk orang tanpa gejala (OTG) yang tidak menyadari sedang terinfeksi virus dan bertemu orang lain, kemudian menularkan virus.

Ingat "Typhoid Mary" Mallon? Dia adalah seorang imigran Irlandia yang bekerja sebagai juru masak untuk keluarga New York dan menolak untuk percaya bahwa dia adalah saluran asimtomatik untuk demam tifoid karena dia tetap sehat.

Menolak untuk bekerja sama dengan pihak berwenang, Mallon mencemari sedikitnya 122 orang pada tahun 1880-an, menyebabkan lima orang tewas, sebelum dia ditangkap dan dikarantina dua kali selama total 26 tahun.

Skenario itu bisa berlaku untuk Covid-19.

Masker wajib dipakai di manapun

Masker wajah wajib dikenakan, saat berada di tempat-tempat umum, seperti di transportasi umum, supermarket, bank, toko, dan berbagai tempat lainnya.

Para ahli yang tergabung dalam Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE), yakni kelompok penasihat ilmiah, telah menyarankan agar orang-orang tetap mempertimbangkan penggunaan masker di luar ruangan.

Dikutip dari Independent, Senin (8/2/2021), mengingat banyak varian baru Covid-19 bermunculan, para ahli semakin menyerukan untuk tetap mempertimbangkan penggunaan masker selama di luar ruangan.

Pemakaian masker di luar ruangan berguna untuk melindungi kita dari orang yang mungkin memiliki Covid-19 asimptomatik (tidak bergejaka) dan sulit menjaga jarak untuk waktu lama.

Sejumlah pekerja menggunakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (29/7/2020). Klaster perkantoran penularan Covid-19 di Jakarta kini menjadi sorotan. Data resmi hingga Selasa (28/7/2020) kemarin, ada 440 karyawan di 68 perkantoran di Ibu Kota yang terinfeksi virus corona.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Sejumlah pekerja menggunakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (29/7/2020). Klaster perkantoran penularan Covid-19 di Jakarta kini menjadi sorotan. Data resmi hingga Selasa (28/7/2020) kemarin, ada 440 karyawan di 68 perkantoran di Ibu Kota yang terinfeksi virus corona.

Manfaat memakai masker telah dijelaskan dan terdokumentasikan dengan baik.

Dengan memakai masker di dalam ruangan dapat mencegah penularan virus corona yang dapat menyebar melalui tetesan napas (droplets) dari batuk, bersin dan berbicara.

Droplets juga bisa ada di permukaan benda, jika kita menyentuh permukaan kemudian menyentuh wajah tanpa mencuci tangan, kita bisa saja tertular virus dari sana.

Pemerintah menambahkan bukti ilmiah terbaik saat ini, bahwa jika masker digunakan dengan benar dapat mengurangi penyebaran virus corona dalam keadaan tertentu, yang membantu melindungi orang lain.

Laporan ilmiah yang diterbitkan di The Lancet pada 3 Juni 2020 telah menganalisis data dari 172 penelitian di 16 negara dan menemukan bahwa ada 3 persen kemungkinan tertular Covid-19 saat mengenakan masker wajah.

Ahli virologi klinis Dr Julian W Tang menjelaskan bahwa memakai masker di luar ruangan dapat membantu mencegah penularan dalam skenario luar ruangan yang padat.

Baca juga: 3 dari 10 Varian Corona Paling Diperhatikan WHO Sudah Masuk Indonesia

"Hal ini juga membantu dalam pertemuan santai dan tak terduga jika Anda tidak dapat mempertahankan jarak sosial setiap saat, seperti saat berjalan melewati seseorang dengan arah berlawanan di trotoar yang sempit, saat lalu lintas tidak bisa membuat Anda menyeberang," kata dia.

Dr Tang juga menambahkan bahwa setiap perlindungan ekstra dapat membantu, meski tidak harus tepat 100 persen atau 80 persen.

Sebab, paparan dapat terjadi secara tidak terduga dalam situasi berbeda. Seperti antrean di halte bus, atau ketika seseorang di dekat Anda tidak menunjukkan gejala dan tidak memakai masker di luar ruangan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com