Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/05/2021, 20:45 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.com - Jika Anda sering mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi, mungkin Anda mengalami hal-hal berikut. Simak penjelasan mengenai penyebab gusi berdarah.

Gusi berdarah merupakan satu tanda adanya peradangan pada gusi. Kondisi ini dikenal juga dengan gingivitis. Gingivitis adalah kondisi jaringan gusi yang mengalami peradangan ringan.

Karakteristik utama yang tampak jelas biasanya jaringan gusi yang meradang akan terlihat membesar dan warnanya lebih merah. Selain itu, ditandai pula dengan mudahnya gusi berdarah saat menyikat gigi atau jika memakan makanan yang keras. Terkadang, pasien yang mengalami gingivitis juga mengeluhkan bau mulut.

Dilansir dari NCBI (13/2/2021), terdapat 5 penyebab gusi berdarah atau gingivitis. Berikut penjelasannya.

Plak

Ini merupakan penyebab yang paling umum dari gingivitis. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang terbentuk pada permukaan gigi akibat kebersihan gigi yang tidak baik.

Jika tidak dibersihkan secara rutin dengan cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi, plak akan mengeras menjadi karang gigi. Plak terdiri dari sisa-sisa makanan dan berbagai macam bakteri.

Baca juga: Cara Menghilangkan Karang Gigi dengan Aman untuk Cegah Penyakit Gusi

Selain kurang bersih saat menyikat gigi, gigi yang berjejal atau menumpuk juga menjadi faktor terbentuknya plak pada gigi kita. Gigi yang tidak beraturan akan membuat permukaan gigi semakin sulit dibersihkan sehingga menjadi sasaran yang empuk untuk terbentuknya plak.

Gigi yang berjejal membutuhkan perawatan ortodonti. Perawatan ini bertujuan agar gigi lebih rapi dan memudahkan proses pembersihan gigi dari plak.

Infeksi rongga mulut

Penyebab yang kedua adalah infeksi lain yang ada di rongga mulut. Misalnya gigi berlubang, gigi retak, tambalan yang kurang rapi, atau alergi terhadap suatu bahan yang terkandung dalam pasta gigi.

Gigi yang berlubang jelas menjadi sarang bagi bakteri di rongga mulut. Bakteri ini bisa menyebabkan infeksi sekunder pada gusi dan membuat gusi meradang.

Sedangkan tambalan yang kurang baik biasanya terdapat sangkutan atau permukaannya kurang halus. Permukaan yang kasar atau celah kecil merupakan tempat berkembangbiaknya bakteri dalam mulut. Ini termasuk pula gigi tiruan yang sesuai dengan bentuk gigi dan rahang sehingga terdapat celah untuk bakteri berkembangbiak.

Lain halnya dengan alergi terhadap suatu bahan. Contoh bahan yang bisa memicu alergi kontak pada gusi antara lain, mint, kayu manis, dan detergen pada pasta gigi.

Baca juga: Lama Jadi Misteri, Ternyata Ini Alasan Gigi Ngilu Saat Makan Es Krim

Nutrisi

Gusi berdarah bisa terjadi karena adanya defisiensi vitamin C. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa pola makan modern juga dianggap tidak memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Hormon

Gingivitis yang disebabkan oleh hormon, biasanya terjadi pada ibu hamil, pubertas, atau pasien yang menjalani terapi steroid. Kondisi ini juga bisa memengaruhi seseorang dalam siklus menstruasinya dan jika mengonsumsi kontrasepsi oral.

Gingivitis hormonal ini bisa terjadi bahkan tanpa adanya plak pada permukaan gigi. Kondisi ini disebabkan adanya reseptor hormon pada gusi yang berikatan dengan hormon-hormon pada ibu hamil dan remaja yang sedang puber, seperti estrogen dan testosteron.

Konsumsi obat-obatan

Beberapa jenis obat bisa menjadi penyebab gusi berdarah atau gingivitis. Obat-obatan tersebut antara lain obat epilepsi, obat darah tinggi (calcium channel blocker), antikoagulan, dan lain-lain.

Itu dia 5 penyebab gusi berdarah yang perlu kamu ketahu. Jaga kesehatan gusimu ya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com