Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musik Klasik Membuat Bayi Lebih Cerdas, Fakta atau Mitos?

Kompas.com - 28/04/2021, 17:02 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com – Banyak yang percaya bahwa memperdengarkan musik klasik pada bayi dalam kandungan mampu meningkatkan kecerdasannya.

Konon, bayi yang terbiasa didengarkan musik klasik sejak dalam kandungan akan memiliki IQ yang lebih tinggi dan aspek perkembangan kognitif yang lebih baik.

Namun, adakah penjelasan ilmiah yang membuktikan klaim dari “efek Mozart” yang diyakini membuat bayi lebih pintar?

Dilansir dari Scientific American, 13 September 2017, sebuah makalah pendek yang diterbitkan di Nature pada tahun 1993 secara tidak langsung telah memperkenalkan “efek Mozart”.

Studi psikolog Frances Rauscher melibatkan 36 siswa perguruan tinggi yang mendengaran 10 menit sonata Mozart di D-mayor.

Baca juga: Musik Bisa Memengaruhi Pertumbuhan Tanaman, Kok Bisa?

Dalam sebuah tes melipat kertas, siswa yang mendengarkan Mozart menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kinerja mereka.

Setelah penelitian tersebut, pada tahun 1998, Gubernur Georgia meminta agar ibu yang baru melahirkan di negara bagian tersebut mendapatkan CD musik klasik.

Selain itu, di Florida, tempat penitipan anak pun mulai memperdengarkan simfoni melalui sound system mereka.

Namun, perdebatan mengenai “keajaiban” musik pun terus bergulir. Don Campbell, seorang musisi klasik, mengatakan bahwa musik memiliki kualitas pengorganisasian yang luar biasa di otak.

Alfred Tomatis, dokter asal Prancis, meyakini musik yang tidak terlalu emosional atau musik yang ritmis memiliki pengaruh berlapis-lapis pada individu, seperti mengatur suasana hati.

Baca juga: MP3 Tonggak Musik Digital yang Manfaatkan Respons Otak

Sementara itu, pada tahun 1999, psikolog Christopher Chabris melakukan meta-analisis terhadap 16 penelitian yang berkaitan dengan efek Mozart.

“Efeknya hanya satu setengah poin IQ dan itu hanya terbatas pada tugas melipat kertas,” ujar Chabris.

Menurut Chabris, peningkatan IQ hanya bisa menjadi hasil dari variabilitas alami yang dialami seseorang di antara dua sesi tes.

Chabris mengatakan, “efek Mozart” dapat mendatangkan bahaya, yakni para orangtua yang melalaikan peran mereka.

“Ini menghilangkan jenis interaksi lain yang mungkin bermanfaat bagi anak-anak,” ucapnya.

Baca juga: Sound Shirt, Baju untuk Mendengarkan Musik bagi Tuna Rungu

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com