KOMPAS.com – Air laut memiliki rasa yang sangat asin dengan kandungan garam rata-rata sekitar 3,5 persen.
Konsentrasi garam dalam air laut atau salinitas bisa bervariasi karena dipengaruhi oleh suhu, curah hujan, dan penguapan.
Umumnya, air laut di wilayah khatulistiwa memiliki salinitas yang tinggi karena suhu yang lebih panas sehingga banyak penguapan terjadi.
Sementara itu, air laut di dekat kutub memiliki salinitas yang rendah karena es yang mencair dan hujan lebat mengencerkan air laut.
Dilansir dari The Wildlife Trusts, sebagian garam di laut berasal dari gunung berapi bawah laut dan ventilasi hidrotermal, namun sebagian besar berasal dari darat.
Baca juga: Mengapa Air Laut Berwarna Biru?
Air hujan melarutkan mineral dan melepaskan garam dari bebatuan di darat yang kemudian dibawa oleh sungai ke laut.
Ketika cahaya matahari menghangatkan laut, air menguap dan garam tertinggal sehingga membuat air laut terasa asin.
Setiap tahunnya diperkirakan ada 4 miliar ton garam masuk ke laut, namun air laut tidak bertambah asin karena jumlah garam yang disimpan di dasar laut tetap sama.
Air laut terlalu asin bagi manusia dan sebagian besar hewan darat. Minum air laut akan membuat tubuh manusia dehidrasi karena kadar garamnya yang tinggi.
Namun, banyak hewan yang hidup di dalam atau di dekat laut yang mengembangkan berbagai cara untuk memompa kadar garam yang berlebih untuk menjaga keseimbangan level air mereka.
Baca juga: Indonesia dan 5 Negara Asia Diprediksi Terendam Air Laut pada 2050
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.