Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Bencana NTT Dapat Bantuan Sebungkus Mi Instan dan 1 Butir Telur, Ahli Gizi Rekomendasikan 3 Makanan Bergizi

Kompas.com - 21/04/2021, 12:15 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Banjir bandang serta tanah longsor akibat siklon tropis seroja terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi NTT, pada Minggu (4/4/2021).

Banjir yang merendam ratusan rumah mengakibatkan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Umumnya, masyarakat yang berada di tempat pengungsian mendapatkan pasokan makanan dari para relawan dan pemerintah.

Baca juga: Kesal Dapat Bantuan 1 Butir Telur dan Sebungkus Mi Instan, Korban Bencana NTT: Ini Lelucon, Kami Dihina

Namun baru-baru ini, warga di Kelurahan Teunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), merasa kecewa dengan bantuan yang diberikan oleh Pemkab Kupang.

Pasalnya, bantuan yang mereka dapat hanya berupa satu butir telur, sebungkus mi instan, dan satu kilogram beras.

Sejumlah warga korban bencana menilai hal tersebut merupakan sebuah penghinaan terhadap mereka.

“Ini bantuan aneh. Kami merasa seperti diolok-olok oleh pemerintah dengan bantuan beras satu kilo dan telur sebutir, ditambah mie satu bungkus," kata Bureni saat dikonfirmasi, Selasa (20/4/2021).

Dalam pemberitaan Kompas.com sebelumnya (9/2/2021), ahli gizi mengingatkan bahwa makanan ultra proses, seperti mie, harus dihindari dalam respons tanggap darurat bencana.

Dokter, filsuf dan ahli gizi komunitas, Dr dr Tan Shot Yen M Hum menegaskan, konsumsi pangan untuk korban bencana yang harus tersedia bukanlah makanan yang sekadar bisa disediakan atau seadanya, tetapi harus aman untuk dikonsumsi para korban di pengungsian.

Hal ini penting, agar makanan hasil sumbangsih para sukarelawan dan pemerintah, yang dikonsumsi di pengungsian, tidak menjerumuskan para pengungsi korban bencana pada gangguan kesehatan di masa mendatang.

Menurutnya, jika ingin membantu para korban bencana, makanan yang dikirim harus kaya manfaat.

"Jangan membuat para pengungsi terpaksa mengonsumsi makanan yang dimasak dari hasil campuran produk makanan ultra-proses (UPF)," ujar dr.Tan kepada Kompas.com, Senin (8/2/2021) .

Baca juga: 4 Alasan Jangan Donasi Produk Susu untuk Korban Bencana di Pengungsian

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com