KOMPAS.com - Kediri merupakan wilayah yang berada di bagian jawa timur dan terletak 130 kilometer sebelah barat daya Surabaya. Asal-usul nama Kediri pun memiliki banyak versi dan banyak arti.
Ada yang berpendapat bahwa nama Kediri berasal dari kata 'kedi' yang artinya 'mandul' atau wanita yang tidak berdatang bulan.
Dilansir dari laman resmi Kabupaten Kediri, kedirikab.go.id, arti 'kedi' menurut kamus Jawa Kuno Wojo Wasito adalah orang kebiri bidan atau dukun.
Di dalam lakon wayang, Sang Arjuno sempat menyamar sebagai guru tari di negara Wirata bernama Kedi Wrakantolo.
Bila dihubungkan dengan nama tokoh Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selongmangleng, arti 'kedi' sendiri megacu pada arti 'suci' atau wadad.
Kemudian kata kediri berasal dari kata 'diri' yang berarti adeg, andhiri, menghadiri atau menjadi raja dalam bahasa Jawa Jumenengan.
Baca juga: Asal-usul Nama Bandung, dari Kisah Kendaraan Air hingga Bendungan
Nama kendiri sendiri banyak tersedia dalam literatur kuno seperti Paraton, Negara Kertagama, serta pada prasasti kuno.
Ada beberapa prasasti yang menyebutkan nama Kediri, salah satunya Prasasti Ceker.
Di dalam Prasasti Ceker ada tertulis, "Sri Maharaja Masuk Ri Siminaniring Bhuwi Kadiri" yang jika diartikan adalah 'raja telah kembali'.
Pada zaman dahulu, kawasan Kediri adalah sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Medang yang saat itu dipimpin oleh Prabu Airlangga.
Dalam cuplikan video Youtube yang tayang di Asal Usul Channel, dikutip Kompas.com Jumat (16/4/2021), sang prabu berasal dari pulau bali dan menjadi Raja Medang setelah menikahi putri Raja Medang
Prabu Airlangga adalah sosok yang religius dan saat tua ingin menjadi seorang pertapa. Maka, tahta kerahaan diserahkan kepada putri permaisuriya yang berama Dyah Sangmawijaya.
Namun Dyah menolak karena lebih memilih menjadi pertapa seperti ayahnya. Prabu Airlangga akhirnya memberikan takhta kepada putra dari selirnya.
Ia memiliki dua putra yaitu Raden Jayanagara dan Raden Jayengrana. Prabu merasa bingung dan akhirnya agar adil, ia meminta batuan Empu Baradha untuk membagi Kerajaa Medang menjadi dua bagian untuk kedua putranya.
Akhirnya, Empu Baradha pun terbang dengan membawa kendi yang berisi air untuk kemudian ditumpahkan aik kendi itu dari angkasa persis di tengah-tengah Kerajaa Medang.