Pembentukan sistem saraf yang belum sempurna pada remaja ini, pada akhirnya menyebabkan remaja sulit untuk berpikir jauh ke depan.
"Jadi, risiko itu dia enggak mikirin. Yang penting saya mau lakukan, saya berani nekat. Nekat bener," kata dia.
Tidak usah menghadang truk yang sedang melaju di jalan raya. Menurut Hening, memanjat pagar sekolah untuk bolos juga termasuk tindakan nekat dan tidak berpikir panjang apa risiko di depan nantinya.
Pola pikir seperti inilah yang membedakan remaja dan orang dewasa.
Untuk kasus remaja mencegat truk di jalanan agar berhenti mendadak untuk nebeng atau istilahnya nge-BM, Hening mengatakan jelas bahwa kasus remaja ini dipengaruhi oleh lingkungan pertemanannya.
"Setiap harinya, mungkin mereka hanya melihat teman-temannya, ikut-ikutan, lalu lama kelamaan dia merasa nyaman dan akhirnya berani memberhentikan truk yang luar biasa besar dibanding badannya," kata Hening.
"Enggak pikir panjang, bahayanya apa, risiko terberatnya apa. Itu sama sekali remaja enggak pikir ke sana, si individu ini ya."
Baca juga: Viral Video Cabai Rawit Tampak Seperti Dicat, Begini Saran Ahli untuk Membedakannya
Kaitannya dengan melakukan aksi berbahaya demi konten, Hening berkata, tren saat ini memang di konten.
Ketika dulu media sosial belum ramai, aksi seperti ini jarang terekspos.
Nah, setelah ada media sosial dengan konten serupa, remaja yang melihat aksi berbahaya dalam konten tanpa disadari menumbuhkan keinginan untuk melakukan hal serupa.
"Untuk menunjukkan dirinya, aku beda lho. Ingin eksistensi tanpa memikirkan risikonya," tutup Hening.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.