Adapun, gejala yang akan dialami juga berbeda-beda pada setiap individunya. Namun, sebagian besar mengalami gejala seperti pembatasan makanan yang parah, makan berlebihan, atau perilaku buang air kecil seperti muntah, atau olahraga berlebihan.
Sehingga, eating disorder ini menjadi kondisi kesehatan mental yang kompleks dan seringkali memerlukan intervensi ahli medis dan psikologis untuk mengubahnya.
Ahli percaya bahwa eating disorder bisa terjadi pada siapa saja, dan ada banyak faktor yang memicunya.
1. Genetik
Penyebab pertama yang diyakini oleh para ahli adalah faktor genetik atau keturunan. Hal ini terlihat dari hasil studi kembar.
Dalam studi ini, anak kembar yang dipisahkan saat lahir, sengaja diadopsikan kepada keluarga yang berbeda-beda.
Namun, hasilnya memberikan bukti bahwa eating disorder atau gangguan makan menunjukkan adanya kemungkinan turun-temurun.
Penelitian ini menunjukkan bahwa satu anak kembar mengalami eating disorder, dan begitupun pada satu anak lainnya. Studi juga menyebutkan 50 persen merasakan hal yang sama.
2. Kepribadian
Selain faktor genetik atau keturunan, penyebab eating disoder berikutnya adalah ciri kepribadian.
Secara umum, neurotisme, perfectionisme, dan impulsif adalah tiga ciri kepribadian menjadi yang paling sering dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami eating disorder.
3. Tekanan bentuk atau berat tubuh
Seperti yang diceritakan Ilene di acara tersebut, ketika dia mengalami eating disorder, di saat yang sama juga merasa tertekan. Saat itu Ilene sudah masuk ke dunia profesional industri permodelan.
Dirinya selalu diingatkan untuk tetap bertubuh kurus.
Saat itu, kata Ilene, ia baru saja lulus bangku SMU dan baru akan kuliah, di mana keinginan untuk banyak makan masih tinggi.