Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perilaku Gorila di Alam Liar, Bersedia Adopsi Anak Gorila Yatim Piatu

Kompas.com - 25/03/2021, 20:01 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Sciencemag

KOMPAS.com - Peneliti menemukan, kalau gorila ternyata bersedia untuk mengadopsi anak gorila lain yang yatim piatu.

Perilaku tersebut pun juga merupakan hal yang umum terjadi pada primata ini.

Beberapa tahun yang lalu, empat gorila gunung betina meninggalkan sarang mereka. Tak hanya meninggalkan pasangan mereka--seekor gorila alpa yang sakit--tetapi juga bayi mereka yang belum cukup umur untuk makan sendiri.

Gorila betina mungkin merasa, bahwa keturunan mereka lebih aman dengan ayah mereka yang sakit dibandingkan dengan pejantan baru yang sering membunuh bayi dari kelompok lain.

Baca juga: Populasi Gorila Gunung Semakin Terancam oleh Covid-19, Kenapa?

Padahal, sebagian besar mamalia yang ditinggalkan induknya biasanya berisiko mengalami kematian dini.

Namun, mengutip Sciencemag, Kamis (25/3/2021) peneliti mendapatkan kejutan yang menghangatkan hati. Bayi gorila yang ditinggalkan itu kemudian dirawat oleh seekor gorila jantan bernama Kubaha.

"Kubaha membiarkan bayi-bayi itu tidur di sarangnya dan memanjatnya," kata ahli primata Tara Stoinski.

Kesediaan Kubaha untuk menjadi ayah angkat gorila yang ditinggalkan induknya ternyata juga sangat umum pada gorila gunung.

Hal tersebut terungkap setelah peneliti melakukan analisis dari 53 tahun data gorila gunung di Gorilla Fund’s Karisoke Research Center di Rwanda.

Dalam studi tersebut peneliti fokus pada data 59 gorila berusia antara 2 dan 8 tahun yang kehilangan induknya atau menjadi yatim piatu sebelum mereka dewasa sepenuhnya.

Peneliti kemudian membandingkan kelangsungan hidup hewan-hewan itu sepanjang hidup mereka dengan kelangsungan hidup 139 gorila non-yatim piatu.

Mereka juga membandingkan keberhasilan reproduksi dan peringkat sosial saat dewasa.

Hasilnya, peneliti menyebut ketika gorila gunung muda kehilangan orangtuanya, mereka tak memiliki resiko lebih besar untuk mati karena anggota kelompok lain melindungi mereka.

Selain itu gorila muda juga tak menderita efek jangka panjang pada kemampuan bereproduksi atau atau kehilangan tempat dalam hierarki sosial.

Beberapa gorila muda yang kehilangan induk, bahkan menjadi dominan di kelompok mereka.

Baca juga: Gorila Langka di Dunia Tertangkap Kamera, Gendong Anak di Punggungnya

 Studi mengenai perilaku gorila ini pun mengungkap, bahwa perilaku peduli tak hanya terjadi pada manusia. 

Selain itu juga menunjukkan bahwa ayah juga memainkan peran penting dalam kehidupan primata muda.

"Ini menunjukkan bahwa kepedulian ayah sangat besar dalam garis keturunan primata kita," tambah Duke Susan Alberts, ahli ekologi yang juga tak terlibat dalam studi.

Mattew Zipple ahli ekologi perilaku dari Duke University, yang tak terlibat dalam studi pun mengungkapkan antusiasmenya terhadap studi tersebut.

"Makalah ini sangat mengejutkan karena kami tahu bahwa pada primata dan sebagian besar mamalia sosial, kehilangan induk saat masih muda adalah hal yang sangat buruk," ungkap Mattew Zipple ahli ekologi perilaku dari Duke University, yang tak terlibat dalam studi.

Pasalnya, hal yang berseberang justru didapatkan dalam studi Zipple bersama 10 ahli primata terkemuka lain.

Studi itu menemukan bahwa simpanse, babun, dan monyet muda yang mengandalkan dukungan induk, akan cenderung mati muda saat mereka kehilangan induk pada usia dini.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Kesamaan Persahabatan Gorila dan Manusia dalam Bersosialisasi

Itu karena induk mereka memberi makan, membersihkan, memberi dukungan sosial, dan melindungi dari predator atau serangan pejantan lain.

Bahkan jika kera yatim piatu bertahan hingga dewasa, mereka memiliki peringkat sosial yang lebih rendah dan menghasilkan keturunan yang lebih sedikit.

Penelitian lain telah mendokumentasikan risiko serupa kehilangan induk pada mamalia sosial lainnya seperti paus pembunuh, gajah, dan hyena.

Kini para peneliti perlu menyisir data puluhan tahun lagi untuk mengetahui apakah perilaku adopsi ini juga terjadi pada spesies lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Sciencemag
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com