Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Tidur 62 Persen Warga Asia Pasifik Terganggu Selama Pandemi

Kompas.com - 18/03/2021, 19:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menurut studi terbaru, pandemi Covid-19 telah memengaruhi kualitas tidur hampir dua pertiga atau 62 persen masyarakat Asia Pasifik (APAC).

Studi tidur global bertajuk Seeking Solutions: How Covid-19 Changed Sleep Around the World ini dikeluarkan oleh Phillips 2021 yang dirilis dalam rangka World Sleep Day 2021, 19 Maret.

Masyarakat di APAC melaporkan bahwa mereka tidur lebih banyak, dengan rata-rata 7,2 jam per malam (dibandingkan 7,1 jam pada studi di 2020), tetapi 1 dari 4 (41 persen) merasa tidak puas dengan tidur mereka.

Presiden Direktur Phillips Indonesia, Pim Preesman mengatakan bahwa pandemi ini telah mengubah kehidupan kita sehari-hari, termasuk kebiasaan tidur kita.

Baca juga: Penyintas Covid-19 Alami Insomnia, tapi Penyebabnya Bukan Virus Corona

Banyak orang tidak mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas di malam hari karena berbagai tantangan, mulai dari stres masalah keuangan, tekanan dari keluarga, koneksi internet yang tidak stabil, bekerja dari rumah, hingga membantu anak sekolah online.

Padahal, kualitas tidur sangat penting bagi produktivitas dan kesehatan kita secara menyeluruh, jadi jika kita memiliki masalah tidur, maka kita harus mengambil tindakan untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan. 

"Masalah tidur bisa jadi merupakan gejala serius dari kondisi-kondisi kronis lainnya terkait tidur," kata Pim dalam acara virtual media briefing bertajuk Mengejar Mimpi di Tengah Pandemi, Selasa (16/3/2021).

Masalah tidur nyenyak setiap malam

Studi tersebut juga menemukan bahwa setengah dari responden survei di APAC, pola tidur mereka telah berubah ketika pandemi melanda.

Hampir seperempat atau sekitar 22 persen menyatakan bahwa waktu tidur malam mereka berkurang setiap malam, dengan hanya 35 persen mengaku merasa cukup istirahat ketika bangun pagi dan 44 persen mengalami kantuk di siang hari.

Berikutnya, responden studi mengalami kesulitan seperti terbangun di tengah malam alias tidak nyenyak tidurnya sebanyak 42 persen, kesulitasn tertidur 33 persen dan sulit untuk tetap tertidur 26 persen.

Kondisi kesehatan tidur di Indonesia

Meski Indonesia belum termasuk dalam studi ini, Dr Andreas Prasadja RPSGT dari Snoring and Sleep Disorder Clinic di RS Mitra Kemayoran Jakarta, mengungkapkan bahwa situasi kesehatan tidur di Indonesia juga sebenarnya tidak jauh berbeda di masa pandemi Covid-19 ini terjadi.

"Telah terjadi perubahan komposisi masalah tidur pada pasien saya," kata Dr Andreas.

Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, 50 persen pasien yang datang untuk berobat kepada dokter Andreas mengalami insomnia, sementara 50 persen lagi mengidap sleep apnea.

Namun, saat ini data menunjukkan bahwa 70 persen adalah pasien mengalami insomnia dan 30 persen adalah penderita sleep apnea.

Menurut dr Andreas hal ini dianggap mengkhawatirkan, karena gangguan insomnia atau kurang tidur sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh atau imunitas.

Baca juga: Apa Itu Coronasomnia, Sulit Tidur Selama Pandemi?

"Kurang tidur dapat mengakibatkan produksi hormon stress yang meningkat, sehingga melemahkan sistem imun tubuh," jelasnya.

"Selain itu, bisa juga menyebabkan pembengkakan pada tubuh. Karenanya, mendapatkan tidur berkualitas menjadi lebih penting lagi di tengah pandemi ini," imbuhnya.

Disampaikan pula bahwa gangguan tidur yang terjadi tersebut dikarenakan kondisi pandemi yang sedikit banyak membuat pola hidup; irama sirkandian (irama harian), pola tidur, aktivitas dan kebiasaan dari bangun hingga akan tidur, pola pikiran yang stres hingga psikosomatis juga berpengaruh besar dalam hal ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com