Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setiap Bulan, 129 Miliar Masker Sekali Pakai Digunakan di Seluruh Dunia

Kompas.com - 16/03/2021, 17:36 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masker menjadi hal penting yang tak boleh terlupakan selama pandemi ini. Namun rupanya permintaan yang sangat besar terhadap masker sekali pakai turut melahirkan kekhawatiran baru.

Para ahli khawatir jika penggunaan masker sekali pakai yang meningkat itu tak dibarengi dengan pengelolaan limbah masker dengan benar dan akan menimbulkan ancaman besar bagi alam.

Pasalnya, mengutip Independent, Selasa (16/3/2021); studi terbaru memperkirakan ada sekitar 129 miliar masker sekali pakai di seluruh dunia yang digunakan setiap bulannya. Itu artinya penggunaan masker di planet ini rata-rata mencapai 2,8 juta per menit.

Para peneliti memperingatkan bahwa volume besar masker dengan komposisi plastiknya dapat menimbulkan ancaman lingkungan yang makin besar.

Baca juga: Limbah Masker Sekali Pakai Berpotensi Menularkan Virus Corona, Begini Cara Membuangnya

Mereka menggarisbawahi untuk segera dilakukan tindakan mendesak demi mencegah terjadi masalah plastik berikutnya.

Ahli toksikologi lingkungan Elvis Genbo Xu dari Universitas Denmark Selatan dan profesor Zhiyong Jason Ren, seorang ahli teknik sipil dan lingkungan di Universitas Princeton, mengungkapkan jika masker sekali pakai adalah produk plastik yang sulit terurai secara hayati.

Namun produk plastik tersebut dapat terfragmentasi menjadi partikel plastik yang lebih kecil yaitu mikro dan nanoplastik yang dapat tersebar luas di ekosistem.

Produksi masker sekali pakai memiliki skala yang sama dengan botol plastik yang diperkirakan mencapai 43 miliar per bulan.

Baca juga: Jadi Limbah Selama Pandemi, Ahli Bakal Bikin Jalan Pakai Masker

Namun tak seperti botol plastik yang 25 persennya didaur ulang, para peneliti menyebut bahwa tak ada panduan resmi tentang daur ulang masker sehingga kemungkinan besar akan dibuang dengan cara yang tak tepat.

Jika tak bisa didaur ulang, masker sekali pakai dapat berakhir di lingkungan, sistem air tawar, dan laut, di mana pelapukan akhirnya menghasilkan sejumlah besar partikel berukuran mikro (lebih kecil dari 5mm). Fragmen lebih lanjut kemudian akan membuatnya menjadi nanoplastik (lebih kecil dari 1 mikrometer).

Proses tersebut terjadi sangat cepat, bahkan terjadi dalam hitungan minggu.

"Akibatnya saat rusak di lingkungan, masker dapat melepaskan lebih banyak plastik berukuran mikro, lebih mudah dan cepat daripada plastik curah seperti kantong plastik," ungkap para peneliti.

Meski begitu, para peneliti menekankan bahwa mereka tak tahu persis bagaimana masker berkontribusi pada sejumlah besar partikel plastik yang terdeteksi di lingkungan karena tak ada data mengenai degradasi masker di alam.

Baca juga: Satwa Liar Hadapi Ancaman Limbah Masker Sekali Pakai

"Tapi kami tahu bahwa seperti sampah plastik lainnya, masker sekali pakai juga dapat menumpuk dan melepaskan zat kimia dan biologi berbahaya, seperti bisphenol A, logam berat, serta mikro-organisme patogen,” kata Dr Genbo Xu.

Hal tersebut dapat menimbulkan dampak negatif tak langsung pada tumbuhan, hewan, dan manusia.

Para peneliti pun mendesak untuk menyiapkan tempat sampah khusus masker. Selain itu, mereka juga mendorong penggunaan masker kain yang dapat dipakai ulang, mengembangkan masker sekali pakai yang dapat terurai secara hayati, dan menerapkan manajemen limbah standar untuk membuang masker.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Frontiers of Environmental Science & Engineering.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com