Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Mutasi Virus Corona Selalu Lebih Ganas dan Mematikan?

Kompas.com - 15/03/2021, 08:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini sejumlah varian baru dari mutasi virus corona SARS-CoV-2 terdeteksi dan menjadi kekhawatiran masyarakat Indonesia, yaitu varian B.1.17 dan N439K.

Berdasarkan kajian para ilmuwan sejauh ini, varian baru B.1.17 yang pertama kali diketahui di Inggris ini lebih cepat menular.

Selain itu bahkan, sebuah studi menunjukkan bahwa varian ini lebih mematikan.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Ditemukan di Indonesia, Ini 4 Hal yang Perlu Diketahui

Saat pertama kali teridentifikasi pada akhir tahun 2020, varian B.1.1.7 ini membuat pemerintah setempat menerapkan lockdown kota London, guna mencegah penyebaran mutasi virus corona baru tersebut. 

Namun, strain baru dari virus corona SARS-CoV-2 asal Inggris mengalami mutasi yang membuatnya menjadi lebih menular dari strain aslinya.

Dilansir dari Reuters, Kamis (11/3/2021), studi baru menemukan 30 persen dan 100 persen dari varian virus corona B.1.1.7 Inggris lebih mematikan daripada varian dominan sebelumnya.

Dalam sebuah studi, peneliti membandingkan tingkat kematian di antara orang-orang di Inggris yang terinfeksi oleh varian baru SARS-CoV-2, B.1.1.7, terhadap pasien Covid-19 yang terinfeksi varian lain dari virus corona penyebab Covid-19.

Para ilmuwan mengatakan, bahwa ternyata varian virus corona Inggris, B.1.1.7 menunjukkan angka kematian yang secara signifikan lebih tinggi.

Sementara itu, varian baru berikutnya yang juga mengkhawatirkan masyarakat Indonesia adalah N439K yang pertama kali ditemukan di Skotlandia.

Kendati varian baru N439K ini belum disebutkan lebih mematikan seperti varian B.1.1.7, hal yang mengkawatirkan para ilmuwan adalah varian N439K mudah menular dan bisa lolos atau kebal dari antibodi vaksin.

Ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo, mengatakan bahwa varian baru virus corona N439K relatif lebih mudah menular dan ada kemungkinan bisa lolos (kebal) dari antibodi vaksin Covid-19 yang ada saat ini. 

"Ada kemungkinan varian ini (N439K) bisa lolos dari sebagian antibodi paska vaksin, maka pemerintah perlu perkuat kontak telusur yaitu T kedua (tracing) dari 3T," kata Ahmad kepada Kompas.com, Jumat (12/3/2021).

Baca juga: Cara Varian Baru Corona N439K Jadi Lebih Menular dan Kebal Vaksin Covid-19

Ilustrasi virus coronaKOMPAS.COM/HANDOUT Ilustrasi virus corona

Mutasi N439K untuk pertama kali terdeteksi di Skotlandia pada Maret 2020 dan sejak itu, garis keturunan kedua (B.1.258) telah muncul secara independen di negara-negara Eropa lainnya. 

Di mana pada Januari 2021, terdeteksi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Varian virus corona N439K dianggap lebih pintar dari virus corona yang ada sebelumnya.

Lalu, akankah virus corona terus bermutasi dan lebih berbahaya dibanding sebelum termutasi?

Menjawab persoalan ini, Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute Prof dr Amin Soebandrio PhD angkat bicara.

Menurut Prof Amin, mutasi itu terjadi setiap kali virus bereplikasi, dan ini tidak hanya terjadi pada virus SARS-CoV-2 penyebab pandemi Covid-19, melainkan juga terjadi dengan berbagai organisme lainnya.

"Setiap kali dia bertambah banyak dalam proses replikasinya itu pasti terjadi mutasi secara acak," kata Prof Amin kepada Kompas.com, Santu (13/3/2021).

Namun, Prof Amin menegaskan, meskipun mutasi virus itu selalu terjadi dan merupakan hal yang wajar, tidak semua mutasi yang terjadi itu adalah mutasi yang buruk, seperti menjadi tambah kuat atau tambah ganas.

"Hanya 4 persen dari mutasi yang menyebabkan virus itu memiliki sifat yang lebih fit (ganas), dan yang mengalami perubahan yang signifikan," ujarnya.

Sebab, banyak pula mutasi yang terjadi justru membuat sifat virus tidak terjadi perubahan apa-apa, atau menjadi lebih lemah bahkan mati. 

Baca juga: Epidemiolog: Jika Masih Tak Terkendali, Varian Baru Virus Corona Berpeluang Muncul Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com