Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Varian N439K, Lebih Pintar hingga Kebal Antibodi Vaksin Corona

Kompas.com - 12/03/2021, 16:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber Eurekalert

KOMPAS.com - Setelah varian B.1.1.7 menghebohkan masyarakat Indonesia. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya mutasi virus corona yang ditemukan di Inggris, yaitu N439K.

"Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B.1.1.7. Dan di dunia telah terdapat varian baru lagi yang berkembang ditemukan di lnggris yakni N439K," kata Daeng dalam keterangan tertulis, Rabu (10/3/2021).

Varian apa itu, apakah lebih berbahaya?

Baca juga: Varian Virus Corona B.1.1.7 Inggris Lebih Mematikan, Studi Ini Jelaskan

Fakta varian N439K

Berikut enam fakta menarik mengenai varian baru virus corona N439K.

1. Pertama muncul di Skotlandia

Diketahui, mutasi N439K pertama kali terdeteksi di Skotlandia pada Maret 2020. Sejak saat itu, garis keturunan kedua (B.1.258) telah muncul secara independen di negara-negara Eropa lainnya.

Di mana pada Januari 2021, terdeteksi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia.

2. Lebih "pintar" dari virus corona sebelumnya

Daeng mengatakan, varian virus corona N439K sudah ditemukan di 30 negara dan lebih "pintar" dari virus corona yang ada sebelumnya.

"Varian N439K ini yang sudah lebih di 30 negara ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujarnya.

Hal ini sebelumnya juga disampaikan oleh sebuah tim peneliti internasonal yang dipublikasikan di jurnal Cell, seperti dilansir dari laman EurekAlert.org, Kamis (28/1/2021).

Para peneliti menemukan bahwa virus yang membawa mtasi ini mirip dengan virus tipe liar dalam hal virulensi dan kemampuannya untuk menyebar, tetapi dapat mengikat reseptor enzim 2 (ACE2) pengubah angiotensi manusia dengan lebih kuat.

Ilustrasi situasi pandemi dengan kasus Covid-19 yang tidak terkendali bisa menyebabkan mutasi virus dan melahirkan varian baru virus corona seperti yang terjadi di Inggris dan Afrika Selatan.SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA Ilustrasi situasi pandemi dengan kasus Covid-19 yang tidak terkendali bisa menyebabkan mutasi virus dan melahirkan varian baru virus corona seperti yang terjadi di Inggris dan Afrika Selatan.

3. Mutasi paling umum kedua di dunia

Para peneliti menyebutkan, di antara banyaknya mutasi yang saat ini menjadi sorotan para ahli, mutasi N439K adalah yang paling umum kedua dalam domain pengikat respetor (RBD).

"Temuan penting dari makalan (penelitian) ini adalah variabilitas yang ditemukan dalam motif pengikatan reseptor imunodominan (RBM) pada protein lonjakan," kata penulis senior Gyorgy Snell, Direktur Senior Biologi Struktural di Vir Biotechnology.

Studi The Sel juga melaporkan mengenai struktur kristal X-ray dari N439K RBD.

"Analisis struktural kami menunjukkan bahwa mutasi baru ini memperkenalkan interaksi tambahan antara virus dan respetor ACE2," kata Snell.

"Perubahan asam amino tunggal (asparagin menjadi lisin) memungkinkan pembentukan titik kontak baru dengan reseptor ACE2, sejalan dengan peningkatan dua kali lipat dalam afinitas pengikatan. Oleh karena itu, mutasi meningkatkan interkasi dengan reseptor virus ACE2, dan menghindari imunitas yang dimediasi oleh antibodi".

4. Tidak ada ciri dan gejala khusus

Ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo mengatakan, meskipun dianggap lebih "pintar" daripada virus corona yang ada sebelumnya, tetapi Ahmad mengatakan sejauh ini tidak ada ciri khusus dari varian baru N439K ini.

"Tidak ada ciri khusus dari sisi dampak gejala penyakit paska terinfeksi," kata Ahmad kepada Kompas.com, Jumat (12/3/2021).

Artinya gejala yang akan timbul dari infeksi varian baru N439K ini hampir sama seperti infeksi virus SARS-CoV-2 sebelum termutasi.

5. Kebal antibodi vaksin

Setelah para peneliti menentukan bahwa mutasi N439K tidak mengubah replikasi virus, mereka mempelajari apakah mutasi tersebut memungkinkan penghindaran imunitas yang dimediasi oleh antibodi.

Peneliti menganalisis pengikatan lebih dari 440 sampel serum poliklonal dan lebih dari 140 antibodi monoklonal dari pasien yang pulih.

Mereka menemukan bahwa pengikatan proporsi antibodi monoklonal dan sampel serum secara signifikan berkurang oleh N439K.

Serta yang paling penting, ternyata mutasi N439K ini memungkinkan pseudovirus menolak netralisasi oleh antibodi monoklonal yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).

Ilustrasi vaksin virus corona, vaksin Covid-19SHUTTERSTOCK/PALSAND Ilustrasi vaksin virus corona, vaksin Covid-19

Terutama antibodi monoklonal untuk penggunaan darurat sebagai bagian dari campuran dua antibodi, seperti vaksin.

"Ini berarti bahwa virus memiliki banyak cara untuk mengobah domain imunodominan untuk menghindari kekebalan sekaligus mempertahankan  kemampuan untuk menginfeksi dan menyebabkan penyakit," ujar Snell.

Salah satu cara mengatasi ini, kata para peneliti, bisa jadi penggunaan antibodi yang menargetkan bagian terkhusus di RBD.

"Virus berkembang di berbagai bidang untuk mencoba menghindari respons antibodi," kata Snell.

Sehingga, dari temuan para peneliti internasional ini, Ahmad menyebutkan ada kemungkinan bahwa varian baru N439K ini tidak bisa diatasi dengan vaksin Covid-19 yang ada sekarang.

"Ada kemungkinan vairan ini bisa lolos dari sebagian antibodi paska vaksin, maka pemerintah perlu perkuat kontak telusur yaitu T kedua dari 3T," tegas Ahmad.

6. Lebih mudah menular

Kendati tidak memiliki ciri khas mengenai dampak gejala infeksi akibat varian baru yang satu ini, tetapi diketahui bahwa varian N439K ini relatif lebih mudah menular.

"Memang (varian N439K) relatif lebih mudah menuar, sehingga jumlah yang sakit bisa lebih banyak," jelas Ahmad.

Baca juga: Epidemiolog: Jika Masih Tak Terkendali, Varian Baru Virus Corona Berpeluang Muncul Lagi

Oleh karena itu, perlu adanya pengetatan protokol kesehatan berupa 5M dan penerapan ventilasi-durasi-jarak (VDJ).

Masyarakat diminta untuk menghindari aktivitas di ruang tertutup ber-AC dalam durasi atau waktu yang lama. Sebab, ventilasi udara di ruangan AC dianggap buruk karena virus hanya berputar di dalam ruangan tersebut.

Namun, jika terpaksa berada di ruangan tertutup dengan AC maka jangan lupa untuk tetap menjaga jarak aman, serta gunakan masker dengan baik dan benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Eurekalert
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com