Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Baru B.1.1.7 Ditemukan di Indonesia, Ini 3 Alasan Kenapa Virus Corona Terus Bermutasi

Kompas.com - 10/03/2021, 18:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian baru virus corona  terus bermunculan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini membuat masyarakat bertambah gelisah dan khawatir.

Virus corona jenis SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 diketahui mengalami ribuan mutasi.

Mutasi ini terjadi seiring dengan perkembangan dan penyebaran Covid-19 yang telah menjangkiti sekitar 213 negara dan wilayah di dunia.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Ditemukan di Indonesia, Ini 4 Hal yang Perlu Diketahui

Selain B.1.1.7, sejauh ini ada sekitar 4 jenis mutasi virus corona yang menjadi perhatian para ilmuwan.

Pertama, varian virus corona B.1.351.

Varian B.1.351 atau 501Y.V2 adalah strain yang terdeteksi di Afrika Selatan ini juga dikenal sebagai strain di Afrika Selatan.

Varian B.1.351 memiliki pola mutasi berbeda yang menyebabkan lebih banyak perubahan fisik pada struktur protein lonjakan (spike protein) daripada yang terjadi pada varian B.1.1.7.

Sehingga, perubahan mutasi virus pada strain ini dapat membantu virus lolos dari efek vaksin Covid-19.

Kedua, varian virus corona P.1.

Varian P.1 yang membawa mutasi E484K dilaporkan pertama kali terdeteksi oleh pelancong dari Brasil.

Varian ini, ditemukan di 42 persen spesimen dalam satu survei yang dilakukan di kota Manaus di Brasil, dan pejabat Jepang menemukan varian tersebut pada empat pelancong dari Brasil.

Munculnya varian yang ketiga ini dikhawatirkan bisa meningkatkan penularan atau kecenderungan untuk infeksi ulang SARS-CoV-2 pada individu.

Ketiga, varian virus corona L452R.

Varian L452R adalah varian terakhir yang terlihat di California, serta di selusinan negara bagian Amerika Serikat lainnya.

"Kami belum tahu banyak tentang yang satu ini," kata Armstrong.

Varian L452R ditemukan secara umum, tapi belum jelas apakah varian ini lebih mudah menular.

Baca juga: Mengenal 4 Varian Baru Virus Corona dan Bagaimana Efektivitas Vaksin Covid-19 Melawannya

Lantas, kenapa virus ini bisa bermutasi sangat banyak?

Berikut beberapa fakta yang membuat virus bisa bermutasi sangat banyak.

1. Mutasi itu lumrah

Wakil Kepala Bidang Penelitian Translasional di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof dr David H Muljono SpPD FINASIM FAASLD PhD mengatakan, mutasi yang terjadi pada virus sebenarnya sangat lumrah.

"Mutasi itu selalu ada. (Karena) virus itu mau hidup juga," kata David kepada Kompas.com melalui virtual daring, Selasa (25/8/2020).

Untuk diketahui, mutasi virus adalah fitur replika virus yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari.

Mutasi juga merupakan kondisi, di mana virus tersebut mengalami perubahan pada materi genetik virus.

Mutasi menjadi hal yang wajar dan bisa terjadi, karena banyak sekali faktor pendukungnya.

Bisa jadi berupa genetik ras, keturunan, patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit lain di dalam tubuh, dan lain sebagainya.

2. Mutasi upaya penyesuaian (adaptasi)

Mutasi yang terjadi pada virus merupakan upaya penyesuaian atau adaptasi yang dilakukan virus untuk dapat bertahan hidup di sekitar inangnya (reseptor) dalam tubuh manusia.

David memaparkan, mutasi pada virus merupakan hal yang wajar dan itu tidak hanya terjadi pada virus corona SARS-CoV-2.

"Virus flu biasa juga bermutasi ya," tuturnya.

Pada saat mutasi, virus akan melakukan adaptasi dan mengubah bentuk genetiknya.

Tetapi, menurut para ilmuwan, virus corona ini sebenarnya berubah sangat lambat dibandingkan virus flu lain.

Dengan relatif rendahnya tingkat kekebalan alami di populasi, tiadanya vaksin, dan sedikit pengobatan yang efektif, tidak ada tekanan bagi virus untuk beradaptasi.

Sementara itu, pada virus penyebab flu biasa, David berkata, jika ada satu orang yang terkena flu dan menularkan sampai 10 orang berikutnya, maka sebenarnya dalam 10 orang itu sudah bisa terjadi mutasi virus biasa tadi.

Bahkan akibat dari mutasi yang terjadi itu, orang yang ke 10 bisa menularkan virus flu bermutasi kepada orang yang pertama tadi.

"Mutasi itu tidak bisa dihindari. Itu bentuk penyesuain si virus dan itu selalu ada," tuturnya.

3. Pandemi tidak terkendali

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australis Dicky Budiman mengatakan, dengan hadir dan ditemukannya varian baru SARS-CoV-2 ini harusnya tidak mengejutkan atau aneh.

"Artinya, meski pandemi Covid-19 sudah lebih dari satu tahun, tetapi kondisi pandemi belum terkendali dengan baik di dunia termasuk di Indonesia," kata Dicky kepada Kompas.com, Selasa (9/3/2021).

Sehingga, dalam periode satu tahun virus yang baru ditemukan di akhir tahun 2019 di Provinsi Wuhan, China ini secara alamiah terus menerus bermutasi.

"Itu akan sangat wajar melahirkan adanya strain baru yang berdampak merugikkan dan memperburuk situasi pandemi, itu sudah sangat bisa kita prediksi, termasuk di Indonesia," ujarnya.

Baca juga: Fakta Mutasi Virus Corona B.1.1.7 di Indonesia, dari Penyebaran, Gejala, hingga Pencegahannya

Ilustrasi virus corona, Covid-19.Freepik Ilustrasi virus corona, Covid-19.

Varian Baru B.1.1.7 Ditemukan di Indonesia

Baru-baru ini, varian baru virus corona yaitu B.1.1.7 UK juga ditemukan di empat provinsi di Indonesia.

Varian baru virus SARS-CoV-2 yang lebih menular itu ditemukan dalam tiga sampel yang berasal dari Jakarta.

Sisanya berasal dari Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara masing-masing satu sampel.

Sebelumnya, varian baru B.1.17 UK diketahui pertama kali muncul di negara Inggris (United Kingdom) pada

Meskipun disebut sebagai varian baru yang membuat virus corona semakin cepat menular, para ilmuwan mengatakan dengan yakin, bahwa sistem kekebalan kita masih dapat menangani varian B.1.1.7 ini.

"Sejauh yang kami tahu, transmisi atau penularan virus terjadi dengan cara yang sama seperti sebelumnya," ucap Gregory Armstrong yang memimpin kantor deteksi molekuler lanjutan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) kepada CNN, Kamis (11/2/2021).

Kendati cara penularan varian B.1.1.7 sama, mutasi pada varian ini membantu memasuki sel manusia dengan lebih mudah.

Berarti, jika seseorang menghirup udara yang mengandung partikel virus di dalamnya, partikel itu akan lebih mungkin menginfeksi beberapa sel di sinus atau hidung, dan akhirnya masuk ke paru-paru.

Perubahan yang mengkhawatirkan dari varian B.1.1.7 adalah lonjakan protein spike yang ada pada permukaan virus (berupa paku-paku di permukaan dan menjadi pintu masuk virus ke sel), menjadi lebih mudah menempel di sel.

Inilah yang membuat orang lebih mungkin terinfeksi saat terpapar virus corona SARS-CoV-2 dengan varian B.1.1.7.

Baca juga: Kasus Mutasi Virus Corona B.1.1.7 di Indonesia Bertambah, Apa Saja Gejala Covid-19 Inggris Ini?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com