Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutasi Virus Corona New York dan California Cemaskan Para Peneliti

Kompas.com - 10/03/2021, 10:05 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Virus corona SARS-CoV-2 terbukti terus melakukan mutasi. Kebanyakan mutasinya tidak dianggap penting. Tapi ada beberapa varian virus corona mutasi yang membuat para penanggung jawab penanggulangan pandemi dan para ilmuwan cemas.

Sebelumnya ada tiga varian virus mutasi corona yang diketahui menular sangat cepat bahkan sebagian memicu gejala sakit berat Covid-19, yakni varian mutasi Inggris B.1.1.7, varian B.1.351 Afrika Selatan, dan varian mutasi Brasil P.1.

Ketiga varian virus corona ini bahkan ditakutkan membuat efek vaksinasi berkurang.

Varian virus corona mutasi teranyar yang membuat para pakar dan penanggung jawab kesehatan makin khawatir adalah yang muncul di Amerika Serikat.

Tidak tanggung-tanggung dua varian mutasi muncul, yakni varian New York yang disebut tipe B 1.526 serta varian California yang disebut tipe B.1.429 dan B.1.427.

Baca juga: Varian Virus Corona B.1.1.7 Masuk Indonesia, Vaksin Masih Efektif

Menyebar sangat cepat?

Varian mutasi corona New York ditemukan bulan November 2020, mirip dengan varian virus corona mutasi Afrika Selatan B 1.351.

Sampai pertengahan bulan Februari lalu tercatat 12 persen semua sequencing sampel kasus di New York terinfeksi varian mutasi ini.

Sejauh ini belum diketahui, apakah varian New York betul-betul lebih menular dan lebih berbahaya? Juga belum diketahui, apakah virus mutasi ini menurunkan keampuhkan vaksin yang sudah berizin?

Sementara varian mutasi California B.1.427 dan B.1.429 yang ditemukan Juli 2020 dari data yang dihimpun tidak menyebar secepat varian Inggris B.1.1.7. Namun memicu beban virus dua kali lipat dari varian Wuhan.

Varian mutasi California dilaporkan ditemukan pada 25 persen sampel sequencing gen. Juga disebutkan, ada efek mengurangi keampuhan vaksin yang saat ini sudah eksis.

Walau begitu juga ada kabar baiknya, dampak keampuhan vaksin diperkirakan masih dapat diandalkan melawan varian California.

Andalkan Software baru untuk pelacakan

Menemukan varian mutasi virus corona, hanya dimungkinkan jika peneliti mengetahui apa yang harus mereka lacak. Kode genetika SARS-CoV-2 sudah diketahui nyaris seluruhnya. Tapi melacak 29.903 pasangan basa pembentuk kode genetikanya bukan masalah gampang.

Mutasi baru virus corona di AS itu ditemukan lewat sebuah perangkat lunak paling anyar yang diberi nama VDB ("Variant Database"), yang dikembangkan tim Pamela Bjorkman dari California Institute of Tech­nology di Pasadena. Tim ini mengkonsentrasikan penelitiannya pada perubahan protein pada "spikes" atau duri virus corona.

Pada varian Afrika Selatan B.1.351 dan varian Brasil P.1 perubahan alias mutasi terjadi pada protein "Spike” yang berfungsi mengikat reseptor. Sejauh ini, antibodi manusia menyerang domain ini dengan efek netralissasi paling kuat.

Baca juga: Vaksin mRNA Pfizer Berhasil Netralkan Varian Virus Corona Brasil

Alasan untuk cemas tapi jangan panik

Pakar epidemiologi Wafaa El-Sadr dari Columbia University kepada stasiun televisi Jerman ARD mengatakan, mutasi ini bisa memicu efek mencemasakan.

"Bisa jadi protein pada duri virus makin efektif menyerang sel. Atau virusnya makin cepat menular. Atau bisa juga antibodi yang terbentuk lewat vaksinasi, tidak lagi ampuh memerangi virusnya”, ujar pakar epidemiologi itu.

Namun semua ini masih berupa spekulasi, sebelum data rinci varian virus mutasi dari Amerika Serikat itu dirilis.

"Tidak ada alasan untuk panik”, tandas Dave Chokshi, ketua komisi kesehatan AS.

"Apakah varian mutasi itu makin ceat menyebar? Apakah memicu gejala sakit lebih berat? Atau mereduksi keampuhan vaksin yang ada? Sejauh ini kami belum punya bukti yang meyakinkan”, pungkas Chokshi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com