Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin AstraZeneca Terbuat dari Adenovirus Simpanse, Apa Itu?

Kompas.com - 09/03/2021, 11:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Lebih dari 1,1 juta dosis vaksin bikinan Oxford-AstraZeneca tida di Indonesia Senin (8/3/2021) sore melalui skema COVAX dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Untuk diketahui, vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford, Inggris ini adalah vaksin yang didasarkan pada adenovirus simpanse.

Dalam pemberitaan awal Sains Kompas.com tentang vaksin yang dikembangkan AstraZeneca pada 17 Mei 2020, vaksin ini didasarkan pada adenovirus simpanse yang dimodifikasi agar dapat menghasilkan protein di dalam sel manusia yang juga diproduksi oleh Covid-19.

Vaksin itu awalnya dinamai ChAdOx1 nCoV-2019, kini dinamai AZD1222.

Nama ChAdOx1 merujuk pada bahan baku yang berasal dari modifikasi adenovirus.

Baca juga: Baru Tiba di Indonesia, Ini 6 Perbedaan Vaksin AstraZeneca Vs Sinovac

Apa itu adenovirus?

Dilansir SehatQ, dalam pembuatan bahan baku ChAdOx1, para peneliti menambahkan gen virus (DNA) ke virus lain yang disebut adenovirus (virus penyebab flu atau pilek).

Setelah disuntikkan, gen ini akan dibaca dan disalin ke dalam molekul mRNA, kemudian akan membuat protein spike dari virus corona.

Nantinya, sistem kekebalan tubuh akan terangsang untuk menghasilkan antibodi dan bahkan bisa bereaksi lebih kuat dengan mengirimkan sinyal peringatan untuk mengaktifkan sel kekebalan.

Indra Rudiansyah yang merupakan kandidat doktor riset vaksin di Jenner Institute, Oxford University dan terlibat dalam pembuatan vaksin AstraZeneca menerangkan bahwa adenovirus dalam vaksin dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali protein dan membantu menghentikan virus corona yang masuk ke sel manusia.

Vaksin adenovirus diketahui mengembangkan respons imun yang kuat dengan dosis tunggal dan bukan virus replikasi.

Hal itu membuatnya tidak dapat menyebabkan infeksi, serta lebih aman untuk anak-anak, orang tua, dan pasien dengan penyakit penyerta seperti diabetes.

"Adenovirus yang kita (tim Oxford) gunakan ini bersikulasi di simpanse. Jadi bukan virus yang menginfeksi manusia. Artinya virus ini aman," kata Indra.

"Kemudian, manusia juga tidak memiliki antibodi bawaan terhadap virus ini, artinya virus ini memiliki imunogenisitas yang sangat tinggi."

Sebanyak 825 guru di Palembang, Sumatera Selatan, mulai disuntik vaksin Covid-19, Senin (8/3/2021). Pemerintah Kota Palembang mencatat, ada 17 ribu guru yang akan divaksin dengan target selesai pada April mendatang guna mendukung rencana tatap muka sekolah kembali dibuka pada Juli 2021.KOMPAS.com/ AJI YK PUTRA Sebanyak 825 guru di Palembang, Sumatera Selatan, mulai disuntik vaksin Covid-19, Senin (8/3/2021). Pemerintah Kota Palembang mencatat, ada 17 ribu guru yang akan divaksin dengan target selesai pada April mendatang guna mendukung rencana tatap muka sekolah kembali dibuka pada Juli 2021.

Indra menambahkan, karena virus yang dimasukkan dalam vaksin dimodifikasi secara genetik, maka virus ini tidak dapat memperbanyak diri pada makhluk hidup, baik hewan dan manusia.

Indra menjelaskan vaksin adenovirus yang dikembangkan Oxford juga mampu membawa gen atau DNA dari organisme lain, dalam hal ini adalah gen spike protein virus corona SARS-CoV-2 yang merupakan target vaksin.

Selain itu, ChAdOx1 nCoV-2019 juga disebut aman sebagai pembawa vaksin.

Bagaimana ChAdOx1 nCoV-2019 dibuat?

Indra mengatakan, ketika pandemi corona mulai menyebar pertama kali di China, ilmuwan China mengupload sekuens dari SARS-CoV-2.

Dari situlah para ilmuwan meneliti bagian mana yang mengkode gen untuk memproduksi protein di dalam virus.

Dengan teknologi biologi molekuler modern, tim Oxford melakukan kloning pada gen tersebut kemudian disisipkan ke dalam adenovirus.

"Nah, sehingga kita sama sekali tidak melibatkan virus dari SARS-CoV-2 dalam proses pengembangan vaksin. Kita hanya melibatkan material genetik yang tersimpan di database, kemudian dengan teknologi DNA sintesis kita mensintesis gen yang mengkode spike protein tersebut," ungkap Indra.

"Kemudian gen tersebut dimasukkan ke dalam adenovirus. Dan adenovirus ini digunakan untuk memvaksinasi manusia," ungkap Indra.

Dijelaskan Indra, ketika adenovirus menginfeksi manusia, adenovirus akan menginjeksikan material genetik yang dimilikinya termasuk spike protein yang sudah disisipkan ke adenovirus.

Dari sinilah, tubuh akan memproduksi protein spike gen.

Sehingga bisa dikatakan, tubuh kitalah yang sebenarnya memproduksi antigen terhadap SARS-CoV-2.

"Protein itu akan diproses sedemikian rupa oleh tubuh sehingga dihasilkan respons imun, sebagai contoh dihasilkan plasma B yang berfungsi sebagai antibodi yang pada akhirnya melindungi diri dair virus corona," jelas Indra.

Tujuan dari vaksin yang dibuat Oxford tidak hanya membuat antibodi, tapi juga sistem imun memori.

Jika tubuh memiliki sistem imun memori, yakni sistem imun yang dapat dipanggil kembali, ketika suatu saat terjadi infeksi yang sama maka tubuh akan dapat menanganinya.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Efektif pada Varian Corona Brasil, Studi Oxford Jelaskan

Pantauan Kompas.com dari siaran YouTube resmi Sekretariat Presiden, vaksin tiba sekitar pukul 17.45 WIB di Bandara Udara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Tampak satu kontainer besi besar mulai diturunkan dari pesawat. Adapun jenis vaksin yang datang adalah Astrazeneca sebanyak 1.113.600 vaksin, dengan total berat 4,1 ton.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com