Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Haruskan Tes Swab Anal Covid-19 untuk Wisatawan, Apa Kata Pakar?

Kompas.com - 06/03/2021, 19:05 WIB
Dea Syifa Ananda,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada saat ini, para wisatawan yang ingin berkunjung ke beberapa kota di China diminta untuk melakukan tes swab anal untuk Covid-19.

Aturan ini telah memicu protes dari negara lain, dimulai dari Amerika Serikat (AS) yang mengklaim bahwa beberapa diplomatnya dipaksa melakukan anal swab.

"Departemen Luar Negeri tidak pernah menyetujui pengujian semacam ini dan memprotes langsung ke Kementerian Luar Negeri ketika kami mengetahui bahwa beberapa staf menjadi sasarannya," kata juru bicara Departemen Luar Negeri kepada Wakil seperti dilansir dari Livescience, Sabtu (6/2/2021).

Buntut dari protes tersebut, pejabat China menyangkal bahwa diplomat AS telah diminta untuk menjalani tes anal.

Baca juga: Ahli China Temukan Mutasi Alami dari Virus Demam Babi Afrika

Namun, baru-baru ini para pejabat Jepang ikut mengeluh bahwa beberapa warga negara Jepang yang tiba di China telah diperiksa untuk tes anal dan mengalami "rasa sakit psikologis yang parah".

Tidak jelas berapa banyak wisatawan internasional yang diminta untuk melakukan tes anal, namun berdasarkan laporan dari The New York Times, Beijing dan Shanghai dilaporkan telah meminta tes untuk beberapa kedatangan.

Selain turis, beberapa warga negara China juga diharuskan menjalani tes anal ini. Pada bulan Januari, lebih dari 1.000 siswa dan guru di distrik sekolah Beijing menjalani tes usap rektal dan tes usap hidung untuk deteksi virus corona. Sebelumnya, seorang siswa berusia 9 tahun di wilayah tersebut dinyatakan positif.

Orang-orang yang menginap di hotel karantina juga diminta untuk mengikuti tes. Seperti dituturkan oleh seorang turis kepada Vice, yang berkata bahwa dia diminta untuk menjalani tes anal pada September 2020 saat berada di hotel karantina setelah kembali dari Australia. Dia mengatakan tes itu dilakukan oleh perawat dan "rasanya seperti mengalami diare".

Baca juga: Mengenal 4 Varian Baru Virus Corona dan Bagaimana Efektivitas Vaksin Covid-19 Melawannya

Pro dan kontra para ahli

Beberapa dokter China berkata bahwa tes dilakukan untuk menangkap pembawa virus yang tidak menunjukkan gejala atau yang mengembangkan gejala ringan tetapi pulih dengan cepat. Ini karena virus corona dapat dideteksi dalam tinja untuk durasi waktu yang lebih lama daripada di hidung dan tenggorokan.

"Beberapa pasien tanpa gejala atau mereka dengan gejala ringan pulih dengan cepat dari Covid-19 dan mungkin tes tenggorokan tidak akan efektif untuk orang-orang ini," kata Li Tongzeng, seorang dokter penyakit menular di China, yang dilaporkan CNN.

Para peneliti telah menunjukkan bahwa untuk beberapa orang yang terinfeksi, durasi waktu hasil nukleat positif bertahan lebih lama pada tes kotoran dan usap anal mereka dibandingkan pada saluran pernapasan bagian atas.

Oleh karena itu, mereka menambahkan tes swab anal yang dinilai dapat meningkatkan tingkat deteksi positif dari yang terinfeksi jika mengacu pada apa yang disebut tes diagnostik PCR untuk virus tersebut.

Baca juga: WHO: Tidak Realistis Pandemi Covid-19 Berakhir Tahun Ini

Sebaliknya, ada juga para pakar yang mempertanyakan mengenai manfaat tes ini, bahkan di China sekalipun.

Yang Zhanqiu, wakil direktur departemen biologi patogen di Universitas Wuhan, mengatakan kepada surat kabar nasional China Global Times pada bulan Januari bahwa tes hidung dan tenggorokan masih lebih efektif daripada tes anal, karena virus diketahui menyebar melalui tetesan pernapasan bukan melalui feses.

Jika tujuan dari tes ini adalah untuk mencegah orang yang terinfeksi menyebarkan virus, maka tes hidung atau tenggorokan akan bekerja paling baik.

"Ada beberapa kasus tentang hasil tes virus corona positif pada kotoran pasien, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa (virus) itu ditularkan melalui sistem pencernaan seseorang," kata Yang.

Para ahli di luar China juga mempertanyakan praktik tersebut, karena mereka yang positif Covid-19 pada tes anal tetapi tidak pada tes hidung atau tenggorokan kemungkinan tidak menular.

"Tujuan mendeteksi virus ini adalah untuk menghentikan penularan," kata Benjamin Cowling, seorang profesor kesehatan masyarakat di Universitas Hong Kong.

"Jika seseorang terkena infeksi tetapi tidak menular ke orang lain, kami tidak perlu mendeteksi orang itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com