Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Jelaskan Dampak Covid-19 Klaster Perkantoran pada Keluarga

Kompas.com - 01/03/2021, 16:27 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com- Setahun pandemi virus corona telah mengancam jiwa masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Ahli menilai bahwa dampak penularan Covid-19 di kluster perkantoran sangat berdampak pada keluarga.

Hal itu disampaikan DR. dr. TB. Rachmat Sentika SP.A, MARS, KOMDA KIPI Banten dalam Webinar dan Media Gathering Online 2021, Update Perkembangan Covid-19 & Vaksinasi, Kamis (26/2/2021) lalu.

Sejak pandemi virus corona diumumkan masuk ke Indonesia, tingkat kecemasan keluarga semakin meningkat.

Menurut dr Rachmat, selain pandemi itu sendiri, penyebab kecemasan keluarga Indonesia karena Covid-19 di antaranya karena informasi fakta, mitos hingga hoaks atau kabar bohong tentang wabah penyakit baru ini.

Baca juga: 3 Faktor Pemicu Meningkatnya Kasus Covid-19 di Klaster Perkantoran

 

"Perlu diketahui ternyata (keluarga di Indonesia) lebih dari 68 persen (adalah) extendid family yakni yang terdiri dari minimal tiga generasi. Ada ayah, ibu, anak, cucu, kakek dan nenek," ungkap dr Rachmat.

Kasus kematian lansia menurun

Dr Rachmat mengatakan bahwa saat pandemi virus corona masuk ke Indonesia pada Maret 2020 lalu, angka kematian orang lanjut usia atau lansia terus meningkat hingga Agustus 2020.

Sebab, seperti diketahui bahwa orang lanjut usia (lansia) adalah salah satu kelompok rentan terhadap dampak penularan Covid-19.

Pada periode Maret-Agustus 2020, tercatat kematian lansia karena Covid-19 mencapai 58 persen. Sedangkan kematian Covid-19 pada kelompok usia 18-59 tahun mencapai 32 persen dan 10 persen pada anak usia kurang dari 18 tahun.

Baca juga: WHO: Risiko Penyebaran dan Dampak Covid-19 Sangat Tinggi Saat Ini

 

"Malah semakin lama semakin bergeser, dan semakin kecil angkanya," kata dr Rachmat.

Pada periode Agustus-Desember 2020, angka kematian lansia karena Covid-19 sekitar 16 persen dan sisanya 76 persen kasus kematian pada kelompok usia 19-59 tahun, dan 8 persen pada anak.

Kendati demikian, dr Rachmat tidak dapat memastikan apakah faktor yang menyebabkan penurunan kasus kematian Covid-19 pada kelompok lansia ini.

"Apakah (populasi) lansia ini memang semakin sedikit jumlahnya, atau memang ada pergeseran (dampak Covid-19 pada kematian lansia). Tetapi kalau melihat sensus penduduk tahun 2020 lalu, (populasi) lansia tinggal 11 persen," imbuh dr Rachmat.

Baca juga: Klaster Pertama Covid-19, Ahli Pertanyakan Orang yang Meninggal Awal Maret

Ilustrasi klaster keluarga, isolasi mandiri, keluarga positif Covid-19, pasien virus corona, pasien Covid-19Shutterstock/Alona Foto Ilustrasi klaster keluarga, isolasi mandiri, keluarga positif Covid-19, pasien virus corona, pasien Covid-19

Berdasarkan data tersebut, dr Rachmat menegaskan bahwa telah ada pergeseran angka kematian akibat Covid-19 pada generasi produktif.

Lebih lanjut dokter spesialis anak ini juga mengingatkan bahwa generasi produktif yang bekerja ini memiliki potensi menularkan virus corona penyebab Covid-19 ke keluarga.

"Saya berani mengatakan bahwa klaster perkantoran ini mengancam klaster keluarga. Di RW saya, ada 8 orang yang meninggal, 6 orang di antaranya orang-orang muda yang usianya 40-50 tahun dan memegang posisi penting," papar dr Rachmat.

Kasus Covid-19 pada anak

Sementara kasus Covid-19 pada anak, menurur dr Rachmat juga dilaporkan mengalami penurunan yang signifikan.

Pembatasan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan aktivitas anak-anak di luar rumah, kata dr Rachmat memberi kontribusi besar terhadap penurunan kasus penularan Covid-19 pada kelompok anak.

Baca juga: Dampak Liburan Tahun Baru Kasus Covid-19 di Indonesia Melonjak

 

Meurut data SATGAS Covid-19 24 Februari 2021, di Tangerang Selatan, kasus Covid-19 pada anak sekitar 9 persen, Provinsi Jawa Barat 8 persen dan di Indonesia sekitar 4 persen.

"Sekarang kasus Covid-19 anak sudah semakin sedikit. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mengatakan kasus Covid-19 anak sekarang sudah sekitar 3 sampai 4 persen dalam semester terakhir, semakin sedikit," jelas dr Rachmat.

Untuk mengurangi potensi risiko Covid-19 dalam klaster keluarga, dr Rachmat menekankan pentingnya adaptasi kebiasaan baru di dalam keluarga.

Di antaranya dengan penerapan protokol kesehatan 5M, terdiri dari memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Selain itu, pentingnya vaksinasi Covid-19 untuk mencegah penularan virus corona, serta olahraga rutin, menjaga asupan makanan yang sehat, serta mengelola stres dengan baik.

"Anggota keluarga yang pulang (ke rumah setelah beraktivitas di luar seperti bekerja) segera mandi, ganti baju, untuk mengurangi risiko penularan Covid-19," imbuh dr Rachmat.

Baca juga: Dampak Pandemi Covid-19, Kasus Kelahiran Tak Direncanakan Meningkat

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com