KOMPAS.com- Awan Cumulonimbus (Cb) menjadi salah satu penyebab tingginya curah hujan yang turun. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau agar maskapai penerbangan waspada terhadap adanya potensi awan Cumulonimbus (Cb).
Banjir di Jakarta dan Bekasi juga menjadi salah satu dampak bencana hidrometeorologi dari pembentukan awan ini.
Hal ini ditegaskan oleh Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG Edison Kurniawan dalam konferensi pers daring bertajuk Banjir Jabodetabek dan Prospek Cuaca Jabodetabek Sepekan ke Depan, Sabtu (20/2/2021).
Menurut Edison, dalam empat hari ke depan, diperkirakan ada potensi pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb) di sejumlah wilayah di Indonesia dan harus diwaspadai oleh maskapai penerbangan.
Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem, Potensi Awan Cumulonimbus di Sejumlah Wilayah Indonesia
"Kita melihat di berbagai daerah masih cukup berpotensi (tumbuh awan Cumulonimbus)," kata Edison.
Berdasarkan analisis dan prediksi BMKG, saat ini secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus yang dapat membahayakan penerbangan.
Sehingga diprediksikan, awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen Occasional (OCNL) 21-23 Februari 2021 diprediksikan terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Di antaranya sebagai berikut.
Sementara itu, waspada terhadap awan Cumulonimbus, yang dapat mengganggu penerbangan, dengan persentase cakupan spasial lebih dari 75 persen (FRQ/ Frequent) selama 4 hari ke depan diprediksi dan perlu diwaspadai terjadi di wilayah berikut.
Baca juga: Waspada, Potensi Awan Cumulonimbus Bisa Ganggu Penerbangan di Wilayah Berikut
Oleh karena itu, BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem beserta pertumbuhan awan Cb ini.
Pertumbuhan awan Cumulonimbus masih dapat terjadi di puncak musim hujan, dengan waspada pada potensi tersebut diharapkan dapat mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan.
"Nah, kita sudah berkoordinasi dengan seluruh pelaksana teknis kami yang ada di seluruh bandara, kita harapkan agar proses monitoring dapat terus dilakukan terkait kondisi cuaca yang saat ini terjadi," tegasnya.
Baca juga: Apa Itu Awan Cumulonimbus dan Apa Dampaknya?
Untuk mempercepat dan memperluas layanan informasi cuaca penerbangan, sejak 2018, BMKG menyampaikan update informasi prakiraan cuaca di seluruh bandara melalui aplikasi mobile phone Info BMKG, juga melalui layar-layar display cuaca di seluruh bandara.
Informasi dalam aplikasi Info BMKG tersebut meliputi informasi cuaca setiap jam hingga prediksi kondisi cuaca untuk empat jam ke depan.
Sedangkan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca untuk area maupun rute penerbangan seperti Significant weather Chart (SIGWX) dan Significant Meteorological Information (SIGMET) dapat diakses dalam laman aviation. bmkg.go.id.
"Masyarakat dan semua pihak diminta untuk terus memonitor pemutakhiran informasi tersebut agar dapat lebih waspada dan memitigasi berbagai risiko yang dapat diakibatkan oleh kondisi cuaca," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan peluang pembentukan awan cumulonimbus yang bisa ganggu penerbangan.
Baca juga: Dampak Awan Cumulonimbus, Bisa Picu Puting Beliung hingga Banjir Bandang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.