Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekarang bisa Cek Kekebalan pada Virus Corona dengan Tes Antibodi Ini

Kompas.com - 12/02/2021, 12:05 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com- Setahun pandemi virus corona, tak sedikit orang yang telah terinfeksi Covid-19 dan mengembangkan kekebalan terhadap SARS-CoV-2 di dalam tubuhnya.

Bahkan, sejak vaksin Covid-19 mulai ditemukan dan disuntikkan pada sejumlah orang untuk membentuk kekebalan komuniti (herd immunity) guna mengendalikan pandemi yang telah menyebabkan jutaan orang di dunia terinfeksi virus corona.

Lantas, seberapa besar kekebalan tubuh terhadap virus SARS-CoV-2 ini dapat melindungi masyarakat yang telah sembuh dari Covid-19 atau pada mereka yang telah menerima vaksinasi Covid-19?

Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Barat dan Bekasi Timur, dr Muhammad Irhamsyah, Sp. PK, M.Kes mengatakan untuk mengukur seberapa besar kekebalan terhadap Covid-19 terbentuk, dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif.

Baca juga: Sistem Kekebalan Tubuh Dapat Mengingat Virus Corona Selama 6 Bulan

 

"Pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif adalah suatu pemeriksaan untuk mendeteksi suatu protein yang disebut antibodi, khususnya antibodi spesifik terhadap virus SARS-CoV-2," kata dr Muhammad dalam rilisnya kepada Kompas.com, Jumat (12/2/2021).

Lebih lanjut dr Muhammad mengatakan pemeriksaan kekebalan tubuh ini dapat dilakukan pada orang yang pernah terinfeksi Covid-19, orang yang sudah menerima vaksin, serta dapat digunakan untuk mengukur antibodi pada donor plasma konvalesen yang akan ditransfusikan.

Prinsip pemeriksaan kuantitatif antibodi SARS-COV-2 ini menggunakan pemeriksaan laboratorium imunoserologi pada sebuah alat automatik (autoanalyzer).

Pemeriksaan yang juga disebut dengan Electro Chemiluminescene Immunoassay (ECLIA) ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap virus corona, SARS-CoV-2.

Baca juga: Setahun Pandemi Virus Corona, Bagaimana Sistem Kekebalan Kita Melawan?

 

Menurut dr Muhammad, ECLIA akan mendeteksi, mengikat, serta mengukur antibodi netralisasi, yakni antibodi yang dapat berikatan spesifik pada bagian struktur protein spike SARS-CoV-2.

"Sebelum virus Covid-19 memasuki sel-sel pada tubuh kita dengan menggunakan label-label yang berikatan spesifik dengan antibodi netralisasi tersebut," jelas dr Muhammad.

Protein spike adalah protein yang terdapat pada permukaan virus corona, berupa tonjolan yang berfungsi untuk menginfeksi sel inang.

Dr Muhammad menambahkan jenis sampel yang dapat digunakan untuk mengecek kekebalan tubuh terhadap virus corona ini sangat mudah didapatkan yaitu berasal dari sampel serum dan plasma dengan cara diambil darah vena.

Baca juga: Kekebalan Virus Corona Bertahan Lebih Lama, Ini Efeknya pada Vaksin...

Ilustrasi vaksinasi yang diperoleh sebelumnya, menurut penelitian dapat melatih sistem kekebalan tubuh, sehingga di saat pandemi virus corona memberikan risiko infeksi Covid-19 yang lebih rendah.SHUTTERSTOCK/Africa Studio Ilustrasi vaksinasi yang diperoleh sebelumnya, menurut penelitian dapat melatih sistem kekebalan tubuh, sehingga di saat pandemi virus corona memberikan risiko infeksi Covid-19 yang lebih rendah.

Akurasi tes antibodi sangat tinggi

Tingkat akurasi pemeriksaan antibodi tersebut, kata dr Muhammad, dipengaruhi oleh seberapa sensitif dan spesifik alat dan metode ini mampu mendeteksi antibodi spesifik dari SARS-CoV-2.

"Dari hasil uji yang ada, didapatkan tingkat spesifik pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-CoV-2 bisa mencapai 99 hingga 100 persen," jelas dr Muhammad.

Sebab, lanjut dia, tidak ditemukan adanya reaksi silang dengan penyakit infeksi atau penyakit kronis lainnya, selain penyakit akibat infeksi virus corona, Covid-19.

Sementara itu, tingkat sensitivitas tes antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif cukup tinggi, yakni mencapai 98 persen hingga 100 persen setelah 14 hari seseorang mendapatkan vaksinasi Covid-19 atau setelah terinfeksi Covid-19.

Baca juga: Ibu Positif Corona di Singapura Lahirkan Bayi dengan Antibodi Covid-19, Kok Bisa?

 

Pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-CoV-2 ini sangat mempresentasikan hasil pemeriksaan dengan kondisi pasien saat itu, baik yang melalui konfirmasi PCR tes maupun setelah mengalami gejala.

Dr Muhammad mengatakan tidak ada syarat tertentu sebelum melakukan tes antibodi ini, guna melihat seberapa besar kekebalan tubuh terbentuk.

"Tidak ada batasan usia, riwayat penyakit, jenis kelamin, ras, atau kategori lainnya, sehingga semua orang dapat melakukan pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-CoV-2 ini," ujar dr Muhammad.

Hingga saat ini, belum ada publikasi hasil uji penelitian batasan pasien penyakit tertentu seperti komorbid, autoimun, atau penyakit lainnya yang tidak diperbolehkan melakukan pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS-CoV-2 ini.

Baca juga: Mengenal Sistem Kekebalan Tubuh, Bagaimana Antibodi Virus Corona Terbentuk?

Studi ungkap kasus infeksi ulang Covid-19 meningkat, gejala kedua yang ditemukan lebih parah. Peneliti peringatkan ini dapat mengancam sistem kekebalan berkelanjutan di masa depan dalam melawan virus corona.SHUTTERSTOCK/FunKey Factory Studi ungkap kasus infeksi ulang Covid-19 meningkat, gejala kedua yang ditemukan lebih parah. Peneliti peringatkan ini dapat mengancam sistem kekebalan berkelanjutan di masa depan dalam melawan virus corona.

Kendati demikian, saat ini telah dilakukan uji penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil kadar antibodi spesifik SARS-CoV-2 yang lebih tinggi signifikan pada pasien yang mengalami gejala berat dibandingkan pasien dengan gejala sedang, ringan bahkan pada pasien yang tidak bergejala.

Sebelum pemeriksaan kuantitatif antibodi spesifik SARS COV 2 ini diperkenalkan, dr Muhammad mengatakan telah ada pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 kualitatif yang tidak kalah penting.

Sebab, pemeriksaan ini sangat berguna untuk screening pasien yang mengalami infeksi virus corona.

Sedangkan pemeriksaan antibodi kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui seberapa banyak antibodi yang mampu melindungi kita lebih cepat dan lebih dini dalam menghadapi infeksi SARS-CoV-2.

Terdapat perbedaan signifikan antara pemeriksaan kuantitatif dan kualitatif adalah perbedaan target antibodi yang dideteksi.

Baca juga: Ilmuwan AS Kembangkan Tes Darah Deteksi Antibodi terhadap Virus Corona

 

Antibodi kualitatif mendeteksi antibodi nucleocapsid, yakni protein nucleocapsid terdapat pada cangkang yang melindungi inti virus Covid-19.

Sementara itu, antibodi kuantitatif mendeteksi antibodi spike, yakni protein spike yang terdapat pada permukaan virus Covid-19, yang mampu melekat pada permukaan sel-sel yang akan diinfeksi oleh virus tersebut.

Hanie Dewita, Head of Marketing & Corporate Communication Primaya Hospital Group, mengatakan Primaya Hospital menyediakan pemeriksaan antibodi SARS-CoV-2 kuantitatif ini di seluruh cabang Primaya Hospital, baik di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Karawang, Makassar, dan Palangkaraya.

Masyarakat bisa melakukan tes antibodi untuk mengecek kekebalan terhadap virus corona, dengan mengunjungi Primaya Hospital terdekat ataupun melalui pemeriksaan home care dan onsite, yakni pemeriksaan bagi karyawan perusahaan.

Baca juga: Pola Aktivasi Sel Kekebalan pada Covid-19 Parah Mirip Penyakit Lupus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com