Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Burung Tidak Punya Penis? Sains Jelaskan

Kompas.com - 09/02/2021, 20:03 WIB
Dea Syifa Ananda,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seperti yang kita tahu, burung, ayam dan unggas lainnya berkembang biak dengan cara bertelur.

Namun, pernahkah Anda berpikir bagaimana cara mereka melakukan proses perkawinan? Bagaimana cara burung jantan berhubungan seks dengan sang betina?

Jika Anda memperhatikan lebih saksama, hampir semua burung dan unggas seperti ayam jago, elang, dan burung lainnya tidak memiliki sesuatu yang biasa digunakan dalam proses berhubungan seks untuk melakukan pembuahan internal, yaitu penis.

Lantas, mengapa burung dan jenis unggas darat lainnya tidak memiliki penis?

Baca juga: Kenapa Burung Tidak Kesetrum Saat Bertengger di Kabel Listrik?

Dilansir dari Smithsonian Magazine, hanya ada beberapa unggas yang memiliki penis eksternal seperti burung unta, bebek dan angsa. Selebihnya, kebanyakan unggas darat jantan tidak memiliki organ kelamin eksternal.

Alih-alih menggunakan penis untuk membuahi sel telur betina saat kawin, mereka mengeluarkan sperma dari kloaka, lubang yang juga digunakan untuk mengeluarkan urin dan kotoran, dan meneruskannya ke kloaka betina.

Uniknya, kebanyakan jenis unggas darat sebenarnya memiliki penis saat masih menjadi embrio awal. 

Kemudian, saat berkembang, gen yang disebut Bmp4 memicu aliran sinyal kimiawi yang menyebabkan sel-sel di penis yang sedang berkembang mati dan layu.

Martin Cohn dari University of Florida di Gainesville, membandingkan perkembangan embrio dua jenis burung darat yang tak memiliki penis (ayam dan burung puyuh) dengan dua spesies unggas air yang memiliki penis melingkar yang dapat memanjang (angsa dan bebek).

Dengan menggunakan mikroskop elektron, mereka menemukan bahwa pada tahap awal perkembangan, embrio jantan dari kedua kelompok ini memiliki prekursor penis.

Namun ternyata, hasil setelahnya menunjukkan, untuk ayam dan burung puyuh, gen Bmp4 aktif di dalam sel di ujung penis yang sedang berkembang.

Gen ini memicu sintesis protein tertentu yang disebut Bmp4 (protein morfogenetik tulang 4), yang mengarah pada kematian terkontrol sel-sel di area ini.

Saat embrio burung lainnya berkembang, penis menyusut, akhirnya menghasilkan proto-lingga sederhana yang ditemukan pada burung saat dewasa.

Baca juga: Serba-serbi Hewan: Bagaimana Burung Hantu Memutar Kepala 270 Derajat?

Meski sebab reduksi penis mampu diuraikan, alasan mengapa banyak burung harus tak memilikinya masih menjadi misteri. Pimpinan studi, Anna Herrera, dari University of Florida, berspekulasi bahwa hilangnya penis terkait upaya kontrol reproduksi.

"Genitalia lebih sering terdampak cacat lahir daripada organ lainnya," kata Cohn seperti dikutip BBC, Kamis (6/6/2013).

"Membedah basis molekuler dari variasi natural yang dipicu oleh evolusi bisa membantu penemuan mekanisme baru perkembangan embrio yang tak terduga," lanjut Cohn.

"Ini tak hanya membuka kesempatan bagi kita untuk memahami bagaimana evolusi bekerja, tetapi juga memperoleh pandangan baru tentang sebab malformasi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com