Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Ilmuwan Ketahui tentang Varian Baru Virus Corona dan Vaksin?

Kompas.com - 08/02/2021, 18:26 WIB
Dea Syifa Ananda,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber STAT News


KOMPAS.com- Pandemi virus corona telah menjadi mimpi buruk bagi kesehatan masyarakat dunia selama setahun ini. Meski vaksin Covid-19 telah ditemukan, namun kemunculan varian baru virus corona semakin memberi ancaman.

Lantas, apa yang sudah diketahui ilmuwan terkait varian baru SARS-CoV-2 dan vaksin Covid-19?

Para ilmuwan menegaskan bahwa ada kabar baik dan buruk dari ancaman varian baru virus corona dan hadirnya vaksin yang mulai disuntikkan untuk mengendalikan pandemi ini.

Kendati telah ada bukti nyata bahwa vaksin Covid-19 masih tidak cukup kuat untuk melawan semua varian Covid-19, namun vaksin masih bisa melindungi kita dari risiko terburuk Covid-19.

Baca juga: Epidemiolog: Varian Baru Covid-19 Lebih Cepat Menular, Cegah dengan Prokes

 

Varian baru virus corona yang muncul di Afrika Selatan, B.1.351 dalam uji klinis menunjukkan bahwa vaksin yang disuntikkan kemungkinan akan membentuk kekebalan tubuh yang tidak bertahan lama.

Ilmuwan mendesak jika hasil yang berbeda ini adalah tanda peringatan bahwa dunia perlu meningkatkan kampanye vaksinasi Covid-19 secepat mungkin.

“Sungguh melegakan mengetahui bahwa vaksin ini masih melindungi dari risiko terburuk seperti rawat inap dan kematian,” kata Emma Hodcroft, ahli epidemiologi molekuler di University of Bern, seperti dikutip dari Stat News, Senin (8/2/2021).

Berikut beberapa hal yang ditekankan para ahli terkait kebaikan dan keburukan dari keberadaan varian baru virus corona dan vaksin Covid-19.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Terus Bermunculan, Ini 4 Mutasi Virus yang Diketahui

Ilustrasi vaksin Covid-19, uji vaksin Covid-19 pada varian virus corona Afrika Selatan. Novovax dan Johnson & Johnson ujikan vaksin virus corona pada varian baru virus corona Afrika Selatan, hasilnya efikasi vaksin kurang efektif.SHUTTERSTOCK/PalSand Ilustrasi vaksin Covid-19, uji vaksin Covid-19 pada varian virus corona Afrika Selatan. Novovax dan Johnson & Johnson ujikan vaksin virus corona pada varian baru virus corona Afrika Selatan, hasilnya efikasi vaksin kurang efektif.

1. Kemanjuran vaksin Covid-19

Pertanyaan terbesar dari adanya vaksin Covid-19 ini adalah apakah mereka "bekerja" atau "tidak" untuk melawan berbagai varian baru virus corona SARS-CoV-2.

Namun, hal ini dianggap terlalu menyederhanakan pengujian klinis. Padahal, untuk menguji hal tersebut bukan berdasarkan jawaban "bisa" atau "tidak".

Uji coba umumnya telah menyelidiki apakah vaksin mencegah kasus gejala Covid-19.

Akan tetapi, Covid-19 muncul dengan berbagai spektrum, dari infeksi tanpa gejala hingga yang parah. Oleh karenanya, beberapa uji coba vaksin menyertakan data yang terfokus pada hasil untuk mencegah penyakit parah dan kematian.

Baca juga: Peneliti Oxford Bersiap Rancang Vaksin Covid-19 Khusus Varian Baru

 

Hasil uji klinis vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech menunjukkan efikasi vaksin berbasis messenger RNA (mRNA) dapat menangkal virus Covid-19 lebih dari 90 persen tanpa efek samping berbahaya.

Sementara, saat vaksin Covid-19 yang dikembangkan Johnson and Johnson hanya menunjukkan efikasi vaksin 66 persen, namun terus meningkat, para ahli tetap menyambut baik hasil ini.

Sebab, vaksin itu 85 efektif melawan kasus penyakit parah apa pun varian infeksiusnya, dan semua kematian dan rawat inap dalam uji coba terjadi di antara orang yang mendapat plasebo, bukan vaksin.

"Orang-orang melihat 72 persen dan berkata baik itu tidak sebaik 90 persen, tetapi kenyataannya, jika Anda melihat penyakit serius, itu sangat efektif dalam mencegah penyakit serius, termasuk rawat inap dan kematian,” Anthony Fauci, kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Inggris, 2 Gejala Ini Prediktor Dirawat di RS

Ilustrasi vaksinasi lansia, vaksin untuk lansia, vaksin Covid-19 untuk lansia, vasinasi Covid-19 lansiaSHUTTERSTOCK/Bojan Milinkov Ilustrasi vaksinasi lansia, vaksin untuk lansia, vaksin Covid-19 untuk lansia, vasinasi Covid-19 lansia

2. Kemampuan vaksin melawan varian baru corona

Kendati demikian, uji klinis untuk vaksin dari J&J dan Novavax menunjukkan vaksin tersebut tidak berjalan dengan baik di Afrika Selatan, di mana varian B.1.351 pertama kali muncul dan telah beredar di tingkat tertinggi di benua ini.

Di Afrika Selatan, kemanjuran vaksin Johnson and Johnson terhadap Covid-19 baru sedang atau lebih buruk turun menjadi 57 persen. Sementara, Novavax melaporkan efikasi vaksinnya 49 persen efektif di Afrika Selatan dalam mencegah gejala Covid-19.

Namun, ketika uji coba ini dilakukan di Inggris, vaksin dari Novavax hampir 90 persen efektif.

Uji klinis belum dapat memastikan apakah salah satu dari dua vaksin tersebut dapat memperlambat penyebaran Covid-19, namun para ahli berpendapat bahwa vaksin tersebut setidaknya dapat mencegah penyakit yang lebih parah.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Ini Diujikan pada Varian Virus Corona Afrika Selatan, Apa Hasilnya?

 

Di luar penurunan perlindungan, beberapa ahli mengatakan hasil menunjukkan vaksin virus corona saat ini, mungkin kurang kuat melawan B.1.351.

"Ketika Anda berpikir tentang vaksin, Anda berpikir tentang dampak langsung pada orang yang divaksinasi, tetapi Anda juga memikirkan tentang efek tidak langsung," kata ahli biologi evolusi Katia Koelle dari Universitas Emory.

Tetapi, hasil uji klinis tidak mengubah keharusan mempercepat vaksinasi. 

"Kami perlu memvaksinasi lebih cepat dan bahkan lebih. Vaksinnya masih efektif," ungkap Kristian Andersen, ahli penyakit menular di Scripps Research Institute.

Baca juga: Ahli Sarankan Pakai 2 Masker untuk Perlindungan Maksimal dari Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com