Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Bangkitkan Spesies dari Kepunahan, Bagaimana Potensi dan Urgensinya?

Kompas.com - 05/02/2021, 20:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan demikian, konsekuensi melakukan de-extinction adalah tersedianya habitat yang sesuai dengan spesies tersebut dan penyebab kepunahannya di masa lalu telah dieliminasi.

Bagi spesies yang segera direintroduksi sebelum lama punah di alam, seperti kijang Arab (Oryx leucoryx) atau kondor California (Gymnogyps californianus), tentu tidak terlalu sulit. Habitatnya belum mengalami perubahan berarti dan relung ekologis yang ditinggalkannya akan dengan mudah ditempati kembali.

Bagaimana untuk mamut berbulu? Reintroduksi ke habitat asalnya di masa sekarang justru berpotensi menimbulkan masalah. Jarak ribuan tahun dari kepunahannya hingga saat ini telah menciptakan banyak perubahan pada habitatnya, sehingga sulit untuk mendapatkan posisi pada tatanan ekosistem.

Mamut bahkan bisa saja menjadi spesies asing yang invasif dan memberikan dampak negatif bagi habitatnya saat ini. Hal tersebut tentu bertolak belakang dengan semangat konservasi yang mendasari dimulainya proyek ini.

Pun sebelum sampai ke sana, dibutuhkan banyak pengorbanan dari gajah Asia agar proyek ini berhasil. Keturunan mamut berbulu yang akan dikawinkan lagi harus berasal dari indukan gajah Asia yang berbeda untuk menghindari risiko kecacatan akibat perkawinan sedarah.

Dapat dibayangkan ratusan, bahkan mungkin ribuan gajah Asia betina akan digunakan sebagai mesin produksi mamut berbulu. Alih-alih mengembalikan mamut berbulu dari kepunahan, tindakan ini justru memberikan ancaman langsung pada kepunahan gajah Asia. Ironis dan tidak rasional.

Mayoritas ilmuwan berpendapat bahwa jika suatu spesies dihidupkan kembali hanya untuk menjadi satwa eksperimen dan hanya bisa hidup di kebun binatang, maka de-extinction lebih baik tidak dilakukan.

Oleh karena itu, sekelompok ilmuwan lain memilih jalan tengah dengan memanfaatkan gen unggul dari mamut berbulu untuk digunakan pada gajah Asia. Misalnya dengan merekayasa gajah Asia secara genetik agar memiliki rambut dan lemak yang lebih tebal, serta sel darah merah yang lebih efisien dalam menyalurkan oksigen agar dapat bertahan hidup di kondisi yang lebih dingin.

Agaknya, menghidupkan kembali mamut berbulu adalah hal yang kita inginkan, namun tidak kita butuhkan saat ini. Mengerahkan sumber daya dan teknologi yang ada untuk penyelamatan spesies terancam punah adalah yang lebih kita butuhkan, meski terdengar klise dan tidak terlalu fantastis.

Tidak tepat jika terpaku pada urusan teknis hingga melupakan konsekuensi dan hakikat dari de-extinction itu sendiri. Seperti yang sudah disinggung oleh Dr. Ian Malcolm dalam film Jurassic Park, “..your scientists were so preoccupied with whether or not they could, they didn’t stop to think if they should”.

Meski demikian, tidak dapat dimungkiri juga bahwa pencapaian ini berarti sangat besar bagi ilmu pengetahuan.

Pangda Sopha

Peneliti bidang zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI yang sedang menempuh pendidikan Magister di University of Tsukuba dengan studi Animal Reproductive Biology

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com