Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Level CO2 di Atmosfer Bakal Lewati Ambang Batas Tahun Ini

Kompas.com - 05/02/2021, 09:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer akan melonjak melewati ambang batas pada tahun ini.

Ini artinya akan melebihi 417 bagian per juta (ppm) atau meningkat sebanyak 50 persen sejak dimulainya aktivitas industri yang meluas di abad ke-18.

Seperti dikutip dari Live Science, Kamis (4/2/2021) perkiraan ini diungkapan oleh Met Office, layanan meteorologi nasional Inggris.

Met Office menggunakan data yang dikumpulkan di Observatorium Mauna Loa di Hawaii.

Baca juga: Terungkap, Dampak Karbon Dioksida pada Bumi 30 Juta Tahun Lalu

Observatorium Mauna Loa sendiri memiliki catatan konsentrasi CO2 di atmosfer terlama di dunia.

Sejak ilmuwan iklim Charles David Keeling memulai pencatatan ini pada tahun 1958, para ilmuwan telah menggunakan data tersebut untuk melacak tingkat CO2 di atmosfer menggunakan Kurva Keeling, sebuah grafik yang telah menjadi simbol ikonik dari pengaruh pertumbuhan umat manusia pada sistem iklim global.

Met Office memaparkan, meski ada sedikit penurunan emisi gas rumah kaca global pada tahun 2020 karena pandemi dan juga La Niña yang terjadi saat ini, tetapi hal tersebut tak cukup untuk mengimbangi kenaikan level CO2 yang terjadi sebelumnya.

Met Office mencatat jumlah total emisi CO2 di seluruh dunia pada tahun 2020 turun 7 persen, namun menurut Met Office emisi hampir kembali ke tingkat sebelum pandami.

Sementara La Niña yang menyebabkan cuaca dingin sejak pertengahan tahun 2020, sebenarnya diharapkan dapat menurunkan laju peningkatan CO2 tahun ini.

Hal ini disebabkan adanya peningkatan sementara sejumlah karbon yang tersimpan di ekosistem, seperti hutan tropis yang tumbuh lebih cepat dalam kondisi lebih dingin.

Baca juga: Mangrove Indonesia Bisa Serap dan Simpan Karbon Dioksida Global

Namun ternyata itu semua belum cukup untuk menghentikan planet dari ambang batas CO2.

"Karena CO2 berada di atmosfer untuk waktu yang sangat lama, emisi setiap tahun bertambah dan terakumulasi dengan tahun yang sebelumnya, menyebabkan jumlah CO2 di atmosfer terus meningkat," papar Richard Betts, head of the climate impacts group di Met Office sekaligus ketua peneliti dalam studi ini.

Level puncak terjadi pada bulan Mei dan kemudian menurun selama musim panas, karena tanaman tumbuh di belahan bumi utara dan menyedot karbon melalui fotosintesis, sebelum naik lagi bulan September dan seterusnya.

Itu berarti kita memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi tujuan International Panel on Climate Change untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

"Membalikkan tren ini dan memperlambat kenaikan CO2 di atmosfer akan membutuhkan pengurangan emisi global, dan menghentikannya akan membutuhkan penurunan emisi global ke nol," kata Betts.

"Ini perlu terjadi dalam waktu sekitar 30 tahun ke depan jika pemanasan global dibatasi hingga 1,5 derajat Celcius," tambahnya.

The Met Office merilis temuan ini pada 8 Januari 2021.

Baca juga: Kesenjangan Emisi CO2, PBB Ingatkan Bencana Iklim Mematikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com