Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Menyibak Jatuhnya Meteorit di Lampung Tengah

Kompas.com - 02/02/2021, 19:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Manakala dua meteorit (untuk saat ini) ditemukan jatuh di pedalaman Kab. Lampung Tengah, sebagian Indonesia terhenyak.

Sebab, Peristiwa Lampung Tengah hanya berselang empat hari dari Peristiwa Bali 24 Januari 2021 yang juga merupakan kejadian tumbukan benda langit, meski tanpa temuan meteorit.

Selain itu, juga hanya berselang lima bulan dari Peristiwa Tapanuli Tengah 1 Agustus 2020 yang menghebohkan.

Kejadian terakhir menyisakan bongkahan meteorit karbonan kondritik yang langka dan menghebohkan, karena meteorit telah melayang ke kolektor pribadi mancanegara.

Kemudian muncul pertanyaan, apakah sedang terjadi peningkatan jumlah benda langit yang jatuh ke Bumi?

Kejadian

Suara dentuman menggelegar menggetarkan gendang telinga sebagian penduduk daratan propinsi Lampung pada Kamis 28 Januari 2021 pukul 21:53 WIB.

Sejumlah saksi mata juga melaporkan kilatan cahaya terang di langit. Segera setelah cahaya tersebut menghilang, pada lintasan yang sama terlihat ketampakan mirip gumpalan awan yang panjang dan terkesan lurus hingga beberapa belas menit kemudian.

Awan ini mengandung ciri jejak asap (smoke trails) yang khas dalam kejadian tumbukan benda langit.

Jejak asap tersebut merupakan jejak kondensasi yang membentuk awan noktilusen di lapisan stratosfer hingga ke ketinggian maksimum 80 km di atas paras Bumi.

Selain dentuman dan kilatan cahaya, Peristiwa Lampung Tengah juga terekam dalam sensor–sensor seismometer yang beroperasi di bawah payung sistem peringatan dini tsunami Indonesia dan dikelola BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika).

Tiga sensor merekam usikan seismik unik yang bukan berasal dari kejadian gempabumi tektonik.

Usikan tersebut berkaitan dengan Peristiwa Lampung Tengah, khususnya dari sisi runut waktu.

Ketiga sensor tersebut adalah sensor UTSI, KASI dan PSSM yang terletak di Kab. Tanggamus (propinsi Lampung) di sisi barat pulau Sumatera.

Usikan seismik unik tersebut pertama kali terdeteksi di sensor UTSI, 10 detik kemudian terdeteksi di sensor KASI dan 10 detik berikutnya lagi terdeteksi di sensor PSSM.

Runut waktu tersebut mengindikasikan, sumber usikan seismik itu berada di arah timur laut dari posisi ketiga sensor, yang berimpit dengan arah ke Kab. Lampung Tengah.

Dua meteorit bertipe siderolit (besi–batuan) ditemukan dalam Peristiwa Lampung Tengah ini.

Meteorit aerolit diketahui berasal dari pecahan–pecahan asteroid yang telah mengalami diferensiasi kimiawi menyerupai planet.

Meteorit pertama (massa ~ 2,2 kilogram) menembus tepi atap dan jatuh di sisi luar dinding sebuah rumah di dusun 5 desa Astomulyo.

Sedangkan meteorit kedua yang lebih ringan (massa ~0,3 kilogram) ditemukan sehari berikutnya di desa Mojopahit, ~3 kilometer sebelah utara dari lokasi temuan meteorit pertama.

Meteorit kedua juga menembus atap sebuah rumah dan jatuh menimpa kasur yang tak dipakai. Kedua desa tersebut merupakan bagian dari Kec. Punggur, Kab. Lampung Tengah.

Kedua meteorit bisa dikenali secara fisik seiring ciri–ciri hangusan di permukaannya yang merupakan fusion crust, kerak produk pelelehan singkat dan cepat selama menembus atmosfer.

Kedua meteorit juga menunjukkan tanda–tanda regmaglypt, cekungan–cekungan mini di permukaan yang terbentuk dari olakan arus plasma sangat panas saat masih menembus lapisan–lapisan udara.

Temuan meteorit, suara dentuman, kilatan cahaya dan usikan seismik unik menjadi bukti kuat Peristiwa Lampung Tengah memang merupakan kejadian tumbukan benda langit.

Yakni, masuknya meteoroid sedang ke atmosfer Bumi untuk kemudian berubah menjadi meteor–terang (fireball) maupun meteor–sangat terang (boloid).

Di lapisan atmosfer yang lebih padat, meteor mengalami fragmentasi berganda disusul kejadian mirip–ledakan di udara (airburst). Dan berakhir dengan guyuran meteorit yang masih tersisa ke paras Bumi.

Baca juga: Mateorit Jatuh di Lampung, Apa Pengaruhnya ke Lingkungan dan Manusia?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com