Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Hirup Uap Air Panas Bisa Membunuh Virus Corona

Kompas.com - 29/01/2021, 10:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Belakangan informasi tentang menghirup uap panas dapat membunuh virus corona beredar di WhatsApp Group.

Informasi tersebut mengatakan bahwa menghirup uap panas dengan suhu 70 derajat Celsius dapat membunuh virus, termasuk virus corona.

Benarkah demikian?

Baca juga: [HOAKS] Pesan Berantai Vaksinasi Covid-19 Jokowi Gagal, Ini Penjelasan Ahli

Berikut Narasi yang beredar

Perspektif Dr. Zambia:

Air panas yang Anda minum baik untuk tenggorokan Anda.

Namun virus corona ini tersembunyi di balik sinus paranasal hidung Anda selama 3 hingga 4 hari.

Air panas yang kami minum tidak sampai di sana.

Setelah 4 hingga 5 hari, virus yang tersembunyi di balik sinus paranasal ini mencapai paru-paru Anda.

Kemudian Anda kesulitan bernapas.

Itulah mengapa sangat penting untuk menghirup uap air panas, yang mencapai bagian belakang sinus paranasal Anda.

Anda harus membunuh virus di hidung dengan uap.

Pada suhu 50 ° C, virus ini menjadi lumpuh, lumpuh.

Pada suhu 60 ° C virus ini menjadi sangat lemah sehingga sistem kekebalan manusia mana pun dapat melawannya.

Pada suhu 70 ° C virus ini mati total.

Inilah yang dilakukan steam.

Orang yang tinggal di rumah harus melakukan menghirup uap panas sekali sehari.

Jika Anda pergi ke pasar atau keluar rumah untuk berbelanja, menghirup uap panas dua kali sehari.

Siapapun yang bertemu dengan beberapa orang atau pergi ke kantor harus menghirup uap panas uap 3 kali sehari.

Seminggu ber-uap:

Menurut dokter, Covid-19 dapat dibunuh dengan menghirup uap dari hidung dan mulut, menghilangkan virus Corona.

Jika semua orang memulai Kampanye Drive Uap selama seminggu, pandemi akan segera berakhir.

Jadi inilah sarannya:

Mulai prosesnya selama seminggu dari 9 - 16 Januari 2021, pagi dan sore, selama 5 menit saja, untuk menghirup uap.

Jika semua mengadopsi praktik ini selama seminggu, Covid-19 yang mematikan akan terhapus.

Praktik ini juga tidak memiliki efek samping.

Jadi tolong kirimkan pesan ini ke semua kerabat, teman dan tetangga kalian, agar kita semua bisa bersama-sama membunuh virus corona ini dan hidup serta berjalan dengan bebas di dunia indah ciptaan Tuhan ini.

Uap menggunakan Eucalyptus Oil atau Vicks lebih bagus lagi.

Berkah bagi semua yang akan menggunakan terapi ini dan membagikannya dengan orang lain!

Diedit dan Diadopsi oleh:
Pastor Virendra Arora dari Bangkok Thailand, salam sehat

Penelusuran Kompas.com

Berkaitan dengan pesan yang beredar tersebut, Kompas.com menghubungi dokter dr Muhammad Ikhwan, Sp.THT-KL.

Ikhwan menegaskan, informasi tersebut salah atau merupakan berita hoaks.

Dia menjelaskan, hingga saat ini secata teori suhu tidak memengaruhi pertumbuhan atau kematian virus corona.

"Jadi belum ada (buktinya). Mau suhu 100 derajat Celsius pun, atau berada di iklim panas, iklim dingin, sampai sekarang belum ada bukti otentik suhu dapat membunuh virus corona," kata Ikhwan kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (28/1/2021).

Jika seseorang mempraktikkan hal tersebut, hal yang pasti terjadi, kata Ikhwan, adalah luka bakar.

Ilustrasi mimisanshutterstock Ilustrasi mimisan

"Siapa orang yang mau menghirup suhu 60-70 derajat (Celsius)? Kita harus berpikir jernih ya, itu akan merusak bulu-bulu hidung dan organ-organ yang sangat rentan, terutama bagian septum," ucap dokter Ikhwan yang praktik di Primaya Evasari Hospital.

Septum atau dinding pembatas hidung terdiri dari tulang rawan dan tulang keras.

Ikhwan berkata, pada septum ini mengandung banyak pembuluh darah kecil.

Nah, bagian-bagian rawan ini jika mengalami trauma seperti suhu panas akan rusak dan bisa mengalami mimisan hingga luka bakar.

 

Senada dengan Ikhwan, dr. Fikry Hamdan Yasin, Sp.THT-KL(K), dokter spesialis telinga hidung tenggorokan bedah kepala leher juga mengatakan bahwa saat hidung terpapar suhu tinggi, mukosa - atau selaput lendir yang menjadi lapisan kulit dalam - pada hidung dan tenggorokan dapat mengalami iritasi.

"Karena uapnya terlalu panas. Jadi enggak bener (informasi tersebut) hoaks. Yang pasti tidak bisa membunuh bakteri atau virus," kata Fikry dihubungi Kompas.com, Kamis (28/1/2021).

Disarankan cuci hidung

Ikhwan meluruskan, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah atau menyingkirkan virus corona di saluran napas sebaiknya dengan cuci hidung langsung.

"Cuci hidung menggunakan (cairan infus) NaCl (natrium klorida) 500 cc 0,9 persen. Itu yang biasa dipakai dokter THT untuk menangani kasus-kasus seperti alergi hidung," ujar Ikhwan.

Ilustrasi cuci hidung dengan NaCLSHUTTERSTOCK/ivan_kislitsin Ilustrasi cuci hidung dengan NaCL

"Prinsipnya adalah irigasi. Jadi bakteri, virus yang masuk ke saluran napas itu dicuci dan dibersihkan agar dia bisa keluar (dari hidung). Karena kalau dia keluar, dia (bakteri, virus) tentu enggak akan menempel di sel tubuh, alerginya tidak menempel di saluran napas sehingga tidak terbentuk reaksi alergi pada orang tersebut," jelas Ikhwan.

Dia mengingatkan, upaya cuci hidung ini tidak membunuh bakteri atau virus. Akan tetapi mencegah bakteri dan virus masuk ke tubuh agar tidak menimbulkan penyakit.

Dokter Fikry yang aktif melayani pasien di RS Cipto Mangunkusumo Kencana ini juga menyampaikan, karena ada bakteri baik atau normal di dalam hidung dan tenggorokan, maka saat melakukan cuci hidung dengan semprotan cairan infus NaCL tetap aman.

"(Cuci hidung) ini membersihkan rongga hidung dari kuman, debu yang menempel di hidung agar memudahkan sekret atau ingus yang kental menjadi cair dan tidak terkumpul di rongga hidung atau masuk ke rongga sinus," jelas Fikry.

Fikry mengatakan, cuci hidung dengan NaCL bagus dilakukan minimal sehari sekali.

Baca juga: Halo Prof! Hidung Mudah Mimisan, Bagaimana Solusinya?

Dokter THT tidak ada yang menyarankan untuk menggunakan inhaler seperti vick dan lain sebagainya.

Ini karena inhaler bisa menyebabkan peradangan yang disebabkan oleh bahan kimia.

"Dokter THT enggak pernah menyarankan inhaler karena bisa menyebabkan rhinitis medikamentosa (peradangan pada membran hidung)," ucap Ikhwan.

Dilansir SehatQ, rhinitis medikamentosa terjadi akibat penggunaan dekongestan semprot atau inhaler untuk meredakan hidung tersumbat secara berlebihan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com